Desa di Gurun Irak Terisolasi, COVID Diklaim Tak Sampai ke Sini
Hide Ads

Desa di Gurun Irak Terisolasi, COVID Diklaim Tak Sampai ke Sini

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 26 Okt 2021 10:15 WIB
virus corona
Desa di Gurun Irak Terisolasi, COVID Diklaim Tak Sampai ke Sini. Foto: IB Times
Jakarta -

Di gurun barat Irak yang luas, sekitar 200 keluarga tinggal di sebuah dusun bernama Al-Sahl yang sebagian besar terputus dari dunia luar. Penduduk desa tersebut bahkan mengklaim penyakit COVID-19 tak sampai ke sana saking terisolasinya.

Abu Majid, salah satu tetua di Al-Sahl menyesalkan kurangnya perawatan kesehatan. Dia ingat bahwa seorang warga yang sakit meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit pada bulan Agustus.

"Tidak mudah untuk membawa mereka (mendapatkan bantuan medis), terutama di malam hari. Jika seseorang sakit, mereka mati," kata Majid sedih, seperti dikutip dari IB Times.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wanita hamil dari desa, harus dibawa ke kota beberapa hari sebelum perkiraan tanggal bersalinnya. Lebih mengejutkan lagi, bahkan pandemi tampaknya telah melewati Al-Sahl begitu saja.

virus coronaFoto: IB Times

"Virus corona belum sampai ke desa kami. Tidak ada yang divaksinasi," sebutnya.

ADVERTISEMENT

Satu-satunya tetangga desa ini adalah salah satu pangkalan militer terbesar di negara itu, Ain al-Asad. Pangkalan ini menampung pasukan AS dan sering menjadi sasaran tembakan roket.

Majid menyebutkan, penduduk desa menjalani kehidupan yang sederhana dan primitif. "Desa kami berusia lebih dari seratus tahun dan masih belum ada listrik, tidak ada pusat kesehatan," kata pria berusia 70-an tahun itu, mengenakan jubah tradisional dan syal kaffiyeh.

Al-Sahl berada di perbukitan berbatu dan dikelilingi oleh kebun palem, terletak sekitar 250 kilometer barat laut ibu kota Baghdad. Rumah sakit terdekat berjarak lebih dari setengah jam perjalanan melalui jalan bergelombang. Satu-satunya fasilitas pendidikan adalah sekolah dasar, dan penduduk bergantung pada ternak dan pertanian untuk bertahan hidup.

Untuk berkomunikasi dengan dunia luar, orang-orang menggunakan ponsel jadul alih-alih smartphone. Jaringan 3G saja tidak menjangkau daerah ini.

Hancur oleh perang

Irak adalah produsen minyak terbesar kedua dalam kartel minyak OPEC. Namun negara ini telah dirusak oleh perang selama beberapa dekade dan korupsi, serta infrastruktur dan layanan publik yang hancur.

Menurut PBB, sekitar sepertiga dari 40 juta penduduk Irak hidup dalam kemiskinan. Pandemi virus Corona dan jatuhnya harga minyak mentah tahun lalu makin memperburuk situasi ini.

Di Al-Sahl, rumah-rumah kecil hampir tanpa jendela dengan pintu besi berbaris di gang-gang sepi, kadang-kadang diselingi oleh mobil tua atau ternak yang lewat di pagar kawat.

virus coronaFoto: IB Times

Pompa yang ada mengambil air asin dari sumur. Penduduk mengatakan mereka menggunakan air tanpa menyaringnya untuk minum dan mencuci, juga untuk hewan ternak mereka. Sedangkan air hujan, digunakan untuk kebutuhan pertanian.

Kedekatan desa ini dengan pangkalan militer membuat penduduk was-was ketika terjadi serangan. "Suatu kali, sebuah tembakan membunuh dua domba saya. Mereka sedang merumput dekat dengan latihan tembakan langsung di pangkalan," kata Mehdi, seorang penggembala.

"Tapi entah itu berternak atau bertani, tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mencari nafkah," kata pria berusia sekitar 20 tahun itu.

Qatri Kahlane al-Obeidi, seorang pejabat di kota terdekat, Al-Baghdadi, mengakui kurangnya layanan publik di desa. Dia mengumbar janji untuk menghubungkan Al-Sahl ke jaringan listrik dan pabrik pemurnian air, dan mengimbau kelompok bantuan dan organisasi internasional untuk membantu membangun pusat kesehatan. Namun janji tersebut sepertinya mustahil dipenuhi karena proyeknya pun tidak jelas.




(rns/afr)