Gelombang Panas di Indonesia Hoax, BMKG: Jangan Panik!

Rachmatunnisa - detikInet
Senin, 18 Okt 2021 18:52 WIB
Hoax Gelombang Panas di Indonesia, BMKG: Jangan Panik! Foto: iStock
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara tegas menyebut kabar beredar yang menyebut Indonesia saat ini dilanda gelombang panas adalah hoax. Masyarakat diminta jangan panik.

Dalam pesan berantai yang beredar di berbagai media sosial dan WhatsApp, disebutkan bahwa cuaca panas dalam beberapa minggu terakhir adalah dampak gelombang panas yang tengah melanda Indonesia.

Disebutkan bahwa cuaca yang sangat panas di sejumlah wilayah di Indonesia, menyebabkan suhu di siang hari bisa mencapai 40 derajat celcius. Masyarakat juga dianjurkan menghindari minum es atau air dingin.

"Berita yang beredar ini tentu tidak tepat dan tidak benar (hoax), karena kondisi suhu panas dan terik saat ini tidak bisa dikatakan sebagai gelombang panas," tulis BMKG melalui keterangan pers yang dikutip detikINET dari situs BMKG, Senin (18/10/2021).

Dijelaskan BMKG, gelombang panas terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah dan tinggi. Sementara wilayah Indonesia, terletak di wilayah ekuator yang secara sistem dinamika cuaca tidak memungkinkan terjadinya gelombang panas.

Gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca (suhu) panas yang tidak biasa yang biasanya berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO) disertai oleh kelembapan udara yang tinggi.

Untuk dianggap sebagai gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum, dan setidaknya telah berlangsung dalam lima hari berturut-turut. Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama, maka tidak dikatakan sebagai gelombang panas.

Gelombang panas umumnya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area secara persisten dalam beberapa hari. Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, terjadi pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menuju permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhunya meningkat.

Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut.

Halaman selanjutnya: Penyebab cuaca panas...



Simak Video "Video: Gelombang Panas Terjang Eropa, Puncak Menara Eiffel Ditutup"

(rns/fay)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork