Sebuah postingan lama di akun Facebook tentang Matahari terbit dari barat kembali ramai diperbincangkan. NASA menguak fakta tentang ini dan sejumlah ilmuwan membuat model simulasi jika Matahari terbit dari barat.
Postingan berbahasa Thailand mengklaim bahwa lembaga antariksa NASA mengumumkan kemungkinan Matahari bisa terbit dari barat. Tak hanya itu, disebutkan pula bahwa Matahari muncul dari barat disebabkan oleh Bumi berputar ke arah sebaliknya dan menjadi tanda-tanda kedatangan kiamat.
"Bumi akan berputar ke arah sebaliknya yang menyebabkan Matahari muncul dari sisi barat. Periset meyakini bahwa kita bergerak menuju pembalikan medan magnet yang akan menjadi akhir umat manusia dan mendekati kiamat," tulis postingan meresahkan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Postingan semacam itu diketahui beredar di media sosial terutama Facebook dalam beberapa versi. Sebelumnya juga pernah dalam bahasa Inggris. Untungnya dapat dipastikan klaimnya palsu dan NASA tak pernah menyatakan Matahari akan terbit dari barat.
Mengenai isu ini, bantahan dari NASA sudah cukup lama mereka lontarkan. "Baik NASA maupun organisasi ilmiah lain tidak ada yang memprediksi Matahari akan terbit dari barat," kata Bettina Inclan, Associate Administrator for Communications NASA seperti dikutip detikINET dari AFP, Kamis (7/10/2021).
Dia membenarkan fenomena pembalikan medan magnet memang ada dan pernah terjadi. Bahkan sejumlah ilmuwan juga mempelajarinya. Namun menurutnya, pembalikan magnet tak membuat Bumi berputar ke arah sebaliknya, begitu juga arah datangnya Matahari.
"Adapun pembalikan medan magnet memang fenomena nyata yang telah terjadi beberapa kali di masa silam dan ilmuwan di seluruh dunia mempelajarinya, namun pernyataan jika hal ini membuat Bumi berputar ke arah sebaliknya yang menjadikan Matahari terbit dari barat adalah salah," jelasnya.
Peristiwa Matahari datang dari barat memang terjadi namun bukan di Bumi melainkan di Venus karena planet itu berotasi ke belakang. Sebagai informasi, waktu rotasi Bumi adalah 243 hari, dan butuh 225 hari di Bumi untuk Venus mengelilingi Matahari. Ini menyebabkan kemunculan Matahari hanya dua kali dalam setahun atau sekitar 117 hari Bumi dalam setahun.
Selanjutnya: Jika Matahari Terbit dari Barat
Jika Matahari Terbit dari Barat
Iklim Bumi akan menjadi jauh berbeda jika planet kita berotasi ke arah berlawanan dari biasanya. Demikian menurut sebuah studi terbaru yang dilakukan Max Planck Institute for Meteorology di Hamburg, Jerman.
Florian Ziemen, penulis utama studi tersebut dan rekan-rekannya, menjalankan simulasi model komputer selama 7.000 tahun yang membalikkan beberapa proses fisik utama yang dihasilkan dari arah rotasi Bumi yang sebenarnya.
Jalur harian Matahari juga terbalik dalam model komputer, menyebabkannya terbit di barat dan terbenam di timur. Hasilnya, hal-hal seperti ini yang bakal terjadi:
1. Cuaca berubah total
Alih-alih mengalir dari barat ke timur, aliran udara pada simulasi terjadi dari timur ke barat. Hal ini membuat iklim di Pantai Timur Amerika Serikat sama dengan Pantai Barat saat ini, dengan kondisi yang lebih beriklim berkat aliran udara terus-menerus ke Laut Atlantik. Namun, ini menyebabkan musim dingin yang parah di Eropa barat, karena angin membawa udara yang sangat dingin dari Rusia ke wilayah tersebut.
2. Gurun Sahara menghilang
Selain itu, simulasi ini juga memperlihatkan Gurun Sahara menghilang. Wilayah Timur Tengah yang kering kerontang menerima banyak curah hujan. Sebaliknya, AS bagian tenggara dan sebagian besar Brasil dan Argentina berubah menjadi gurun.
Dalam rotasi Bumi normal, daerah tersebut biasanya menerima banyak curah hujan. Berdasarkan simulasi, luas gurun menyusut menjadi 4,2 juta mil persegi lebih sedikit dibandingkan luas gurun Bumi saat ini.
Bumi yang berotasi ke arah sebaliknya juga menampilkan gelombang cyanobacteria di Samudra Hindia bagian utara. Kombinasi dari sirkulasi terbalik ini, dan produksi biologis yang tinggi di wilayah itu, menyebabkan tingkat oksigen yang rendah di kedalaman yang lebih dalam, sehingga mikroorganisme perlu mengkonsumsi nitrat sebagai gantinya.
Karena cyanobacteria tidak membutuhkan nitrat dan air yang dihasilkan memiliki kadar nitrat yang rendah, mungkin saja cyanobacteria menjadi produsen biologis yang dominan melintasi luasnya lautan, di mana air yang kekurangan nutrisi mencapai permukaan.
"Meskipun mekarnya cyanobacteria sering terjadi di Bumi, perkembangan mereka tetap dalam skala yang relatif kecil," Ziemen mencatat.
3. Kekacauan iklim
Bumi yang berputar mundur mungkin tampak seperti tempat yang lebih baik bagi sebagian orang di wilayah tertentu, terutama daerah gurun. Nyatanya, ini akan menimbulkan kekacauan iklim yang akan merusak, dan mungkin itulah sebabnya disebut sebagai tanda kiamat.
"Jika Anda berada di Eropa barat misalnya, kehidupan terasa jauh lebih baik di Bumi dengan pola rotasi saat ini. Karena dengan arah rotasi berlawanan, wilayah ini akan terasa sangat dingin," tutup Ziemen.