Duh, Tanda-tanda Vital Bumi Terpantau Melemah
Hide Ads

Duh, Tanda-tanda Vital Bumi Terpantau Melemah

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 28 Jul 2021 20:45 WIB
Foto Bumi Bulat
Planet Bumi. Foto: NASA
Jakarta -

Tak hanya makhluk hidup seperti manusia, Bumi pun punya tanda-tanda vital. Parahnya, tanda vital planet kita disebut para ilmuwan semakin melemah karena ulah manusia.

Sebut saja proses bisnis global yang masih belum terlalu memperhatikan perubahan iklim, membuat emisi karbon belum dapat ditekan sehingga tanda-tanda vital Bumi menurun. Bahkan ilmuwan khawatir sebagian kerusakan Bumi sudah dekat pada titik yang tidak dapat diperbaiki.

Seperti dikutip detikINET dari AFP, sebanyak 14 ribu ilmuwan mendeklarasikan darurat iklim global dan menyatakan bahwa pemerintah secara terus-menerus gagal untuk mencari solusi dari masalah perubahan iklim, yakni eksploitasi yang berlebihan terhadap Bumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka mencatat adanya kenaikan besar bencana yang terkait dengan iklim, seperti banjir di Amerika Selatan dan Asia Tenggara, rekor gelombang panas dan kebakaran hutan di Australia serta Amerika Serikat, kemudian topan dahsyat di Afrika dan Asia Selatan.

Dari berbagai tanda vital kesehatan Bumi termasuk faktor emisi gas rumah kaca, ketebalan gletser sampai deforestasi hutan, sebanyak 18 di antaranya menembus rekor tertinggi atau terendah. Contoh, walau sempat ada penurunan polusi karena pandemi, level CO2 dan metana ternyata tetap mengukir rekor tertinggi di 2021.

ADVERTISEMENT

Kemudian massa es Greenland dan Antartika belakangan mencapai titik terendah. Belum lagi gletser mencair 31% lebih cepat dibandingkan 15 tahun yang lalu.

Di sisi lain, pemanasan lautan dan level air laut juga meningkat sejak 2019. Deforestasi hutan Amazon mencapai rekor terbesar pada tahun 2020. Akibatnya buruk, Amazon pada saat ini merupakan sumber karbon ketimbang menyerap gas berbahaya dari atmosfer.

"Kita perlu merespons pada bukti-bukti ini, bahwa kita memasuki titik iklim yang tidak dapat diperbaiki sehingga perlu ada aksi urgen untuk menekan karbon ekonomi global dan mulai memperbaiki alam Bumi ketimbang merusaknya," sebut Tim Lenton, direktur University of Exeter's Global Systems Institute dan salah satu penulis studi ini.




(fyk/rns)