Astaga, Suhu Antartika Cetak Rekor Tertinggi 18,3 Derajat Celcius
Hide Ads

Astaga, Suhu Antartika Cetak Rekor Tertinggi 18,3 Derajat Celcius

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 05 Jul 2021 18:20 WIB
Gunung Es Antartika
Benua Antartika. Foto: British Antartic Survey
Jakarta -

Rekor suhu tertinggi tercetak di Antartika. Riset dari World Meteorological Organization yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa memastikan bahwa adalah benar temperatur di Kutub Selatan itu tembus 18,3 derajat Celcius pada tahun lalu.

Suhu tersebut tercatat di stasiun riset Esperanza milik Argentina di semenanjung Antartika, pada 6 Februari 2020. Kini, PBB memastikan catatan itu benar.

"Verifikasi rekor suhu maksimum ini penting karena akan membantu kita membuat gambaran tentang cuaca dan iklim di salah satu batas terakhir Bumi. Semenanjung Antartika termasuk area dengan pemanasan tercepat di planet ini, hampir 3 derajat dalam 50 tahun terakhir," kata Sekjen WMO, Petteri Taalas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rekor suhu ini konsisten dengan perubahan iklim yang saat ini terjadi. Sebenarnya tahun lalu juga tercatat suhu di Antartika dalam suhu lebih tinggi lagi, 20,75 derajat Celcius, akan tetapi setelah diselidiki lebih lanjut, catatan itu tidak diverifikasi.

Adapun rekor suhu sebelumnya di Antartika adalah 17,5 derajat Celcius yang tercatat pada 24 Maret 2015, seperti dikutip detikINET dari AFP.

ADVERTISEMENT

Rekor suhu baru ini mengkhawatirkan ilmuwan. Temperatur rata-rata di Bumi meningkat sekitar 1 derajat Celcius sejak abad ke-19, yang berujung pada peningkatan kekeringan, gelombang panas, dan siklon tropis.

Namun udara di Antartika telah menghangat dua kali lipatnya sehingga perlu menjadi perhatian khusus. Dalam riset terbaru, peningkatan suhu sampai 2 derajat Celcius bisa membuat es di Greenland dan Antartika Barat cepat mencair dan membuat ketinggian air laut meningkat sampai 13 meter.

"Rekor baru Antartika ini sekali lagi menunjukkan bahwa perubahan iklim memerlukan perhatian. Penting untuk membuat sistem peringatan dini dalam rangka merespons peristiwa ekstrim terjadi semakin sering karena perubahan iklim," kata Celeste Saulo, kepala badan cuaca Argentina.




(fyk/afr)