Dibandingkan vaksin COVID-19 lainnya, vaksin buatan Johnson & Johnson hanya perlu satu dosis alias cukup sekali suntik. Vaksin ini punya beberapa perbedaan.
Dikutip dari ABC Australia, vaksin COVID-19 buatan Johnson & Johnson sudah disetujui Amerika Serikat (AS) untuk digunakan di negaranya. Ini adalah vaksin ketiga yang disetujui penggunaannya di AS setelah Pfizer dan AstraZeneca.
Baca juga: Selfie Saat Vaksin Corona Tuai Pro Kontra |
Vaksin Pfizer memerlukan dua dosis dengan perbedaan pemberian vaksin antara 21 hari. Sementara vaksin COVID-19 buatan Oxford-AstraZenece, memerlukan waktu yang lebih lama antara pemberian dosis pertama dan kedua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vaksin lain yang memerlukan dua dosis saat ini adalah Novavax, Moderna, vaksin buatan Rusia Sputnik, dan dua vaksin dari China, Sinovac yang digunakan di Indonesia, dan Sinopharm.
Sebenarnya bukan cuma Johnson & Johnson yang berhasil mengembangkan vaksin dosis satu kali. Vaksin CanSino Biologics yang dikembangkan di China juga hanya memerlukan pemberian satu dosis.
Bedanya dengan vaksin CanSino
Vaksin yang dibuat Johnson & Johnson asal AS menunjukkan hasil yang lebih efektif dibandingkan vaksin satu dosis CanSino buatan China. Badan Pengujian Obat-Obatan AS USFDA menyebutkan, vaksin Johnson & Johnson memberikan perlindungan lebih kuat terhadap penyakit serius, risiko dirawat di rumah sakit, serta kematian.
Dalam uji coba berskala besar yang sudah dilakukan di tiga benua, dosis vaksin satu kali diketahui 85% dapat lebih melindungi dari penyakit serius yang disebabkan oleh COVID-19.
Tingkat perlindungan juga diklaim masih kuat di sejumlah negara yang kedatangan varian baru virus yang penyebarannya lebih cepat, seperti di Afrika Selatan.
Sementara itu, vaksinCanSino punya tingkat efikasi 68,83% dalam mencegah penyakit yang ditimbulkan COVID-19 setelah diberikan dalam masa dua minggu.
Namun berdasarkan data dari percobaan di Pakistan dan di tempat lainnya, menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mencegah infeksi terhadap penyakit serius.
Simak juga video 'FDA Sebut Satu Dosis Vaksin Johnson & Johnson Efektif Cegah Corona':
Selanjutnya: Perbedaannya dengan vaksin dua dosis
Perbedaan dengan vaksin dua dosis
Data yang ada saat ini menunjukkan vaksin dengan dua dosis atau dua kali suntikan lebih efektif mencegah gejala yang tidak terlalu serius dari COVID-19.
Namun, uji coba yang dilakukan Johnson & Johnson memberikan petunjuk lain mengenai situasi saat ini. Di AS, vaksin dua dosis Pfizer dan Moderna menunjukkan perlindungan terhadap COVID-19 sebesar 95%.
Sedangkan tingkat efektivitas satu dosis Johnson & Johnson terhadap penyakit serius adalah 85%, dan turun menjadi 66% untuk keseluruhan, bila data untuk penyakit lebih ringan juga dihitung.
Tapi sebenarnya, susah membandingkan begitu saja berbagai statistik ini karena adanya perbedaan di mana dan kapan setiap perusahaan ini melakukan uji coba.
Tidak seperti uji coba yang dilakukan Johnson & Johnson, penelitian yang dilakukan Pfizer dan Moderna sudah rampung sebelum varian virus baru di Afrika Selatan dan Inggris mulai menyebar luas.
Vaksin satu dosis lebih mudah disimpan
Selain hanya diperlukan satu dosis, vaksin Johnson & Johnson punya kelebihan lain, yaitu bisa disimpan di suhu yang lebih hangat.
Kesulitan dalam penyimpanan vaksin Pfizer adalah bahwa vaksin itu memerlukan tempat penyimpanan khusus dengan suhu minus 70 derajat celcius, sehingga susah dipindahkan dan juga disimpan.
Vaksin Moderna juga harus disimpan di bawah minus 20 derajat celcius. Sedangkan vaksin Johnson & Johnson, bisa disimpan di lemari es biasa di suhu antara 2-8 derajat celcius.
Dengan demikian, vaksin ini sama dengan vaksin Sputnik V milik Rusia dan Oxford AstraZeneca dalam hal suhu penyimpanan. Karenanya, vaksin ini lebih mudah dalam transportasi ke berbagai tempat.
Di AS, Johnson & Johnson menjanjikan bisa mendistribusikan 20 juta dosis vaksin hingga akhir bulan Maret dan sekitar 100 juta vaksin di akhir tahun 2021.
Bagaimana jika dapat vaksin yang efikasinya lebih rendah?
Sebagian orang mungkin akan berpikir, apakah ada gunanya mendapat vaksin yang efikasinya lebih rendah? Lalu jika penggunaan vaksin Johnson & Johnson meluas, apakah vaksin tersebut akan menggantikan vaksin yang lain?
Director National Institutes of Health AS Dr Francis Collins menyebutkan, dari hasil yang ada, sebenarnya tidak perlu memilih satu vaksin tertentu saja.
"Saya kira pertanyaan utama yang ingin diketahui orang adalah apakah vaksin ini akan mencegah saya terkena penyakit? Apakah ini akan mencegah saya mati dari penyakit serius? Berita bagusnya, untuk semua pertanyaan ini jawabannya adalah ya," tegasnya.