Rusia Laporkan Kasus Flu Burung Pertama pada Manusia
Hide Ads

Rusia Laporkan Kasus Flu Burung Pertama pada Manusia

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 23 Feb 2021 08:54 WIB
Husbandry, housing business for the purpose of farming meat, White chicken Farming feed in indoor housing. Live chicken for meat and egg production inside a storage.
Rusia Laporkan Kasus Flu Burung Pertama pada Manusia. Foto: Getty Images/iStockphoto/chayakorn lotongkum
Jakarta -

Rusia melaporkan bahwa para ilmuwannya telah mendeteksi kasus pertama di dunia, penularan jenis flu burung H5N8 dari burung ke manusia. Kasus ini telah mereka laporkan pada organisasi kesehatan dunia WHO.

Dalam pengumuman yang disiarkan di televisi, Anna Popova selaku kepala badan pengawas kesehatan Rusia Rospotrebnadzor mengatakan, para ilmuwan di laboratorium mereka telah mengisolasi materi genetik strain dari tujuh pekerja di sebuah peternakan unggas di Rusia selatan, di mana wabah tercatat berada di antara burung-burung di wilayah tersebut pada Desember lalu.

Sejauh ini, para pekerja tidak menderita konsekuensi kesehatan yang serius. Mereka diyakini tertular virus dari unggas di peternakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Informasi tentang kasus pertama penularan flu burung (H5N8) di dunia ke manusia telah dikirim ke WHO," kata Popova seperti dikutip dari AFP.

Ada subtipe yang berbeda dari virus flu burung ini. Sementara itu, strain H5N8 yang sangat menular dan mematikan bagi burung, belum pernah dilaporkan telah menyebar ke manusia.

ADVERTISEMENT

Popova memuji penemuan ilmiah penting ini dengan mengatakan bahwa waktu akan memberi tahu jika virus dapat bermutasi lebih lanjut.

"Penemuan mutasi ini, ketika virus belum memiliki kemampuan untuk menularkan dari manusia ke manusia, memberi kita semua dan seluruh dunia waktu untuk bersiap menghadapi kemungkinan mutasi dan bereaksi dengan cara yang memadai dan tepat waktu," kata Popova.

WHO mengkonfirmasi pada bahwa pihaknya telah diberitahu oleh Rusia tentang temuan penting tersebut.

"Kami sedang berdiskusi dengan otoritas nasional untuk mengumpulkan lebih banyak informasi dan menilai dampak kesehatan masyarakat dari kasus ini," kata juru bicara WHO.

"Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi pertama kalinya H5N8 menginfeksi manusia," sambungnya.

WHO menekankan bahwa para pekerja Rusia dalam kasus ini tidak menunjukkan gejala. Selain itu tidak ada penularan lanjutan dari manusia ke manusia.

Untuk diketahui, orang dapat tertular virus flu burung dan babi, seperti subtipe flu burung A (H5N1) dan A (H7N9) dan subtipe flu babi seperti A (H1N1).

Menurut WHO, orang biasanya terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan atau lingkungan yang terkontaminasi, dan tidak ada penularan yang berkelanjutan di antara manusia. Di antara semua tipe tersebut, H5N1 pada manusia dapat menyebabkan penyakit parah dan memiliki angka kematian sebesar 60%.

Sementara itu, Gwenael Vourc'h, kepala penelitian di National Institute for Agriculture, Food, and Environment di Prancis mengatakan, virus influenza diketahui berevolusi cukup cepat dan mungkin akan ada kasus lain selain yang dilaporkan di Rusia. "Ini mungkin puncak gunung es," katanya.

Francois Renaud, seorang peneliti di French National Centre for Scientific Research (CNRS) mengatakan, dirinya tidak terlalu khawatir pada tahap ini.

Meurutnya, pandemi virus Corona telah mengajarkan negara-negara untuk bereaksi cepat terhadap potensi ancaman kesehatan. "Tindakan ekstrem akan diambil untuk segera menghentikan wabah," katanya.

Saat ini flu burung telah meluas di beberapa negara Eropa termasuk Prancis, di mana ratusan ribu unggas telah dimusnahkan untuk menghentikan penularan.

Vektor State Virology and Biotechnology Center di Rusia yang mendeteksi penularan virus ke pekerja peternakan unggas juga mengembangkan salah satu dari beberapa vaksin virus Corona di negara itu.

Di era Soviet, laboratorium yang terletak di Koltsovo di luar kota Novosibirsk di Siberia, melakukan penelitian senjata biologi rahasia. Laboratorium ini juga masih menyimpan virus mulai dari Ebola hingga cacar.

Kepala Vektor State Virology and Biotechnology Center Rinat Maksyutov mengatakan, laboratorium tersebut siap untuk mulai mengembangkan alat uji yang akan membantu mendeteksi potensi kasus H5N8 pada manusia dan mulai mengerjakan vaksin.




(rns/afr)