Pertanyaan Seputar Vaksin COVID-19 dan Reaksi Alergi
Hide Ads

Pertanyaan Seputar Vaksin COVID-19 dan Reaksi Alergi

Aisyah Kamaliah - detikInet
Selasa, 19 Jan 2021 11:05 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu disuntik vaksin Pfizer-BioNTech. Ia dan Menteri Kesehatan Israel diketahu jadi yang pertama disuntik vaksin COVID-19 di negara itu.
Vaksin corona dan reaksi alergi pasca imunisasi. Foto: AP Photo/AMIR COHEN
Jakarta -

Vaksin COVID-19 sudah mulai didistribusikan dan sebagian sudah menerima imunisasi pertama mereka untuk penyakit yang disebabkan Sars-CoV-2. Namun ternyata ada juga yang mengalami reaksi alergi ringan hingga parah.

Dikutip detikINET dari situs resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut ini beberapa pertanyaan seputar vaksin COVID-19 dan reaksi alergi:

1. Jika seseorang memiliki reaksi alergi yang parah terhadap vaksin COVID-19

CDC telah mempelajari laporan yang menyatakan beberapa orang mengalami reaksi alergi yang parah, atau juga dikenal sebagai anafilaksis, setelah mendapatkan vaksin COVID-19. Sebagai contoh, reaksi alergi dianggap parah bila seseorang perlu diobati dengan epinefrin atau EpiPen Β© atau jika harus ke rumah sakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika Anda mengalami reaksi alergi parah terhadap bahan apa pun dalam vaksin mRNA COVID-19, Anda disarankan tidak mendapatkan salah satu dari vaksin mRNA COVID-19 yang tersedia saat ini. Jika Anda mengalami reaksi alergi parah setelah mendapatkan dosis pertama vaksin mRNA COVID-19, CDC merekomendasikan agar Anda tidak mendapatkan dosis kedua," tulis CDC.

ADVERTISEMENT

2. Jika seseorang mengalami reaksi alergi yang tidak parah terhadap vaksin COVID-19

CDC juga mempelajari laporan bahwa beberapa orang mengalami reaksi alergi tidak parah dalam waktu 4 jam setelah divaksinasi (dikenal sebagai reaksi alergi langsung), seperti gatal-gatal, bengkak, dan mengi (gangguan pernapasan).

Jika Anda mengalami reaksi alergi langsung - meskipun tidak parah - terhadap bahan apa pun dalam vaksin mRNA COVID-19, CDC merekomendasikan agar Anda tidak mendapatkan salah satu dari vaksin mRNA COVID-19 yang tersedia saat ini. Jika Anda mengalami reaksi alergi langsung setelah mendapatkan dosis pertama vaksin mRNA COVID-19, Anda tidak boleh mendapatkan dosis kedua. Dokter Anda mungkin merujuk Anda ke spesialis alergi dan imunologi untuk memberikan perawatan atau nasihat lebih lanjut.

3. Jika seseorang pernah mengalami reaksi alergi terhadap jenis vaksin lain

"Jika Anda mengalami reaksi alergi langsung - meskipun tidak parah - terhadap vaksin atau terapi suntik untuk penyakit lain, tanyakan kepada dokter Anda apakah Anda harus mendapatkan vaksin COVID-19. Dokter Anda akan membantu Anda memutuskan apakah aman bagi Anda untuk divaksinasi," jelas CDC.

4. Jika pernah mengalami reaksi alergi terhadap polietilen glikol (PEG) atau polisorbat

"Rekomendasi ini termasuk reaksi alergi terhadap PEG dan polisorbat. Polisorbat bukanlah salah satu bahan dalam vaksin mRNA COVID-19 tetapi terkait erat dengan PEG, yang ada di dalam vaksin. Orang yang alergi terhadap PEG atau polisorbat sebaiknya tidak mendapatkan vaksin mRNA COVID-19," tegasnya.




(ask/ask)