Ada Kemungkinan Tes COVID-19 Bisa Dilakukan dari Sampel Air Liur
Hide Ads

Ada Kemungkinan Tes COVID-19 Bisa Dilakukan dari Sampel Air Liur

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 02 Sep 2020 06:41 WIB
Jumlah kasus positif Corona di DKI Jakarta terus bertambah. Tes swab pun dilakukan setiap hari di sejumlah puskesma di Jakarta.
Ilustrasi swab test. Foto: Agung Pambudhy/detikcom
Jakarta -

Ilmuwan menemukan cara tes COVID-19 yang lebih mudah dibandingkan swab test lewat hidung dan mulut, yaitu dengan mengambil sampel air liur.

Dua penelitian terbaru menemukan bahwa tes pendeteksi virus dari sampel air liur sama akuratnya dengan tes dengan sampel yang diambil dari belakang hidung (swab test). Cara ini tentu menjadi sebuah perkembangan yang disambut baik untuk mengurangi ketidaknyamanan saat melakukan swab test. Untuk diketahui, alat panjang yang dimasukkan ke rongga hidung dan tenggorokan saat swab tes seringkali membuat orang mengeluarkan air mata, batuk-batuk, bahkan muntah.

Selain itu, seperti dikutip dari Los Angeles Times, tes COVID-19 dengan sampel air liur memungkinkan hampir semua orang dapat melakukan tes ini secara mandiri, jadi tidak perlu pergi ke pusat pengujian. Alhasil, cara ini membebaskan tenaga medis menangani tes COVID-19 dan meminimalkan mereka terpapar virus dari pasien terinfeksi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim dari Yale University mengidentifikasi 70 pasien rumah sakit terinfeksi COVID-19 yang telah dikonfirmasi lewat swab test. Setiap kali pasien melakukan swab test, peneliti juga meminta mereka melakukan tes air liur. Hasilnya, menurut pengujian tersebut, tes dari sampel air liur bekerja lebih baik dalam mendeteksi virus SARS-CoV-2.

Dalam lima hari pertama setelah diagnosis, 81% tes air liur kembali positif, dibandingkan dengan swab test sebesar 71%. Kesenjangan serupa tetap ada hingga 10 hari setelah diagnosis. Selain itu, para peneliti mendeteksi lebih banyak salinan materi genetik virus dalam air liur pasien dibandingkan sampel yang diambil dari bagian belakang rongga hidung.

ADVERTISEMENT

Untuk melihat bagaimana tes ini bisa efektif di antara orang-orang dengan infeksi tanpa gejala, para peneliti merekrut 495 petugas medis tanpa gejala COVID-19 dan melakukan tes air liur. Sebanyak 13 di antaranya kembali positif. Di antara 13 orang itu, 9 orang telah melakukan swab test di hari yang sama, dan hanya dua dari tes yang hasilnya positif. Namun untuk tes saliva, semuanya (13 orang) kemudian dikonfirmasi dengan tes nasofaring tambahan.

"Mengingat meningkatnya kebutuhan untuk pengujian, temuan kami memberikan dukungan untuk spesimen air liur yang potensial dalam diagnosis infeksi SARS-CoV-2," tulis tim dalam laporannya di New England Journal of Medicine.

Di studi kedua, para peneliti dari Kanada merekrut hampir 2.000 orang dengan gejala ringan yang konsisten dengan COVID-19 atau yang tidak memiliki gejala tetapi berisiko tinggi terinfeksi. Desain penelitian dimaksudkan untuk mensimulasikan kondisi skrining massal.

Partisipan melakukan swab test dan sampel air liur. Dari 1.939 rangkaian pengujian, sebanyak 34 kembali positif terinfeksi virus Corona. Ada juga 14 kasus di mana virus terdeteksi di sampel air liur tetapi tidak di sampel hidung, dan 22 kasus yang kebalikannya benar. Studi ini dipublikasikan di Annals of Internal Medicine.

Meskipun swab test mendeteksi lebih banyak infeksi, tes air liur bekerja cukup baik untuk dipertimbangkan sebagai alat skrining, tulis tim dari University of Ottawa, Dalhousie University, dan Laboratorium Mikrobiologi Nasional Kanada.

"Tes air liur memberikan keuntungan potensial. Pengumpulan tidak memerlukan staf terlatih atau alat pelindung diri, dapat dilakukan di luar pusat pengujian, dan dapat ditoleransi dengan lebih baik dalam populasi yang menantang atau pediatrik," tulis tim peneliti.




(rns/afr)