Resep ramuan yang berusia lebih dari 1.000 tahun untuk mengobati infeksi mata, bisa digunakan untuk membunuh spesies bakteri tertentu.
'Bald's eyesalve', demikian para ilmuwan menyebut resep ramuan ini, terdiri dari bawang putih, bawang merah, anggur, dan sedikit empedu sapi. Terdengar seperti ramuan yang dibuat penyihir ya. Tapi, obat kuno dari abad pertengahan ini terbukti manjur melawan bakteri jahat setelah melewati pengujian.
Dikutip dari Gizmodo, Freya Harrison dari School of Life Sciences, University of Warwick yang memimpin penelitian ini, menyoroti bagaimana manuskrip medis kuno tersebut bisa menjadi solusi ketika beberapa antibiotik modern mulai kehilangan keampuhannya saat menghadapi bakteri yang mulai resisten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tanaman telah lama digunakan sebagai obat melawan infeksi selama ribuan tahun. Yang dikemukakan dalam penelitian ini hanya sedikit saja pengetahuan di permukaan dalam memahami potensi sebenarnya," kata Cassandra Quave, ahli etnobotani dari Emory University mengomentari penelitian ini.
"Studi ini menarik karena menunjukkan bagaimana campuran bahan tanaman tertentu, seperti yang ditemukan di Bald's eyesalve, kadang-kadang dapat bekerja lebih baik daripada komponen individu dalam memerangi infeksi," sambungnya.
Tentu saja, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian terbaru ini, potensi Bald's eyesalve tidak bisa direduksi menjadi satu bahan tunggal. Agar bisa efektif, semua bahan harus dikombinasikan dan memiliki takarannya masing-masing untuk bersenyawa dan memunculkan khasiat yang diinginkan.
Studi yang dilakukan Harrison merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Christina Lee dari School of English di University of Nottingham. Lee telah mempelajari Bald's Leechbook, manuskrip medis kuno dari zaman awal Anglo-Saxon yang berisi resep obat-obatan, salep, dan perawatan kesehatan.
Dalam penelitiannya Harrison dan timnya meracik ulang ramuan tersebut dan mengujinya terhadap lima strain bakteri, termasuk bakteri planktonik dan biofilm yang merupakan koloni bakteri kompleks.
Secara khusus, Bald's eyesalve diterapkan pada model infeksi jaringan lunak, termasuk infeksi Acinetobacter baumanii (sering ditemukan pada luka akibat perang), Stenotrophomonas maltophilia (umumnya terkait dengan infeksi paru-paru), Staphylococcus aureus (luka infeksi bedah), dan Staphylococcus epidermidis (terkait dengan infeksi seperti tonsilitis, demam berdarah, selulitis, dan demam rematik).
Bakteri ini juga ditemukan dalam ulkus kaki diabetik, dan semuanya telah menunjukkan berbagai tingkat resistensi terhadap antibiotik standar. Hasilnya, Bald's eyesalve menunjukkan aktivitas antibakteri yang menjanjikan, baik dalam bentuk planktonik atau biofilm.
Kabar baiknya lagi, ramuan kuno ini abad pertengahan ini tidak berbahaya bagi sel-sel manusia atau tikus, karena dapat dilarutkan kembali sebagai pengobatan yang efektif untuk infeksi bakteri.
(rns/rns)