Studi Kaitan Golongan Darah dan COVID-19, Mana yang Paling Berisiko?
Hide Ads

Studi Kaitan Golongan Darah dan COVID-19, Mana yang Paling Berisiko?

Aisyah Kamaliah - detikInet
Kamis, 09 Jul 2020 06:33 WIB
closeup of a blood bag with a label with the text O RH positive on the doctors office
Ilustrasi golongan darah. Foto: ilustrasi/Thinkstock
Jakarta -

Studi baru-baru ini mengungkap golongan darah mana yang risikonya paling tinggi terkena COVID-19 dan mana yang paling rendah. Dikatakan pemilik golongan darah O adalah mereka yang berisiko rendah terinfeksi parah Sars-CoV-2, sementara golongan darah A merupakan yang paling berisiko.

Meski begitu, temuan ini banyak dikritisi ilmuwan lain sebagaimana dilansir NBC News, Kamis (9/7/2020).

"Saya pikir sesuatu seperti ini memiliki lebih banyak daya tarik ketimbang nilai praktis yang nyata," kata Dr Aaron Glatt, Chair of Medicine and Chief of Infectious Diseases di Mount Sinai South Nassau, New York.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiap kemungkinan pengaruh golongan darah pada COVID-19 juga disebut-sebut terlalu kecil dibandingkan dengan dampak substansial dari faktor-faktor risiko yang diketahui, seperti usia tua dan kondisi kesehatan yang mendasar. Demikian dijelaskan oleh Glatt yang adalah juru bicara Infectious Diseases Society of America.

"Pada setiap pasien, jika mereka memiliki faktor risiko atau mereka tidak memiliki faktor risiko, itu jauh lebih penting," tuturnya. Dengan kata lain, orang tidak boleh langsung menyimpulkan bahwa mereka lebih aman atau tidak karena golongan darahnya.

ADVERTISEMENT

Nah studi yang disebut-sebut dari tadi ialah studi di Eropa yang diterbitkan bulan lalu di New England Journal of Medicine. Mereka menemukan bahwa orang dengan darah tipe A 45% lebih mungkin untuk mengembangkan COVID-19 parah yang membutuhkan pasokan oksigen atau ventilator daripada orang dengan golongan darah lain.

Disebutkan juga, mereka yang memiliki darah tipe O 35% lebih kecil kemungkinannya. Studi ini melibatkan 1.610 pasien dengan COVID-19 dan 2.205 subyek kontrol. Namun penelitian ini juga mengatakan ada kemungkinan orang-orang dengan goldar O mengalami sakit parah.

"Mereka memiliki risiko yang lebih rendah untuk terinfeksi dan mengembangkan penyakit parah. Tapi ini hanya pengurangan risiko relatif, yaitu tidak ada perlindungan penuh. Di antara pasien kami yang meninggal ada juga banyak dengan golongan darah O," jelas penulis studi Andre Franke, seorang profesor kedokteran molekuler di University of Kiel, Jerman, dalam sebuah email.




(ask/afr)