"Kalau fenomena tawon Vespa yang menyebar ini tidak diselesaikan akar masalahnya, akan terus muncul. Apalagi jika ditangani seperti menambal ban, ada korban baru ditangani maka tidak menyelesaikan masalah, " kata peneliti Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Hari Nugroho saat dihubungi detikcom, Rabu (27/11/2019) siang.
Hari mengatakan fenomena tawon Vespa yang menyerang memang sudah menyebar di berbagai daerah. Tidak hanya di Jateng, tetapi juga Jawa Barat bahkan di Medan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dari berbagai daerah di Jawa, Kabupaten Klaten tercatat yang paling awal kasus dan banyak jumlahnya. Sejak tahun 2016 sampai 2019 terus jatuh korban yang informasinya 10 orang meninggal.
Banyak hal, lanjut Hari, yang memicu pergeseran habitat tawon itu mendekat ke permukiman. Habitat alaminya yang hilang dan musuh predatornya yang berkurang diduga jadi pemicu.
![]() |
Tawon Vespa, sebenarnya tidak spesifik dan ada di berbagai wilayah. Bisa hidup di hutan, kayu pohon besar, dan tebing.
Koloni sarang mereka bergeser karena ada pergeseran tata guna lahan yang mengusik habitatnya. Di tempat baru, seperti bangunan kebetulan mereka nyaman sebab makanan tersedia.
Makanan berupa daging binatang lain, bahkan sampah pun bisa jadi sumber makanan. Koloni sarang pun bisa cepat berkembang. Selain di Indonesia, fenomena tawon Vespa juga terjadi di Jepang, China, bahkan di Eropa sudah invasif dari luar. Namun jenisnya berbeda dengan di Indonesia.
Penanganan dengan pembasmian sarang saat jatuh korban tidak menjamin menyelesaikan masalah. Bahkan bisa jadi muncul masalah ekologi.
"Efek ekologi inilah yang harus dipertimbangkan. Jangan sampai pembasmian besar-besaran justru membuat masalah baru," tambah Hari.
Dari penelitian awal di Klaten tahun 2017/ 2018, tawon Vespa Affinis habitatnya di dataran rendah. Sebab dari 26 kecamatan di Klaten, wilayah yang berada di pegunungan aman.
Kecamatan Kemalang yang di lereng Gunung Merapi tidak ditemukan kasus. Sedang di dataran rendah kasusnya ratusan.
Sebelumnya Pemkab Klaten mencatat sejak 2016-2019 ada 667 kasus sarang yang ditangani dengan 10 korban tewas. Sedangkan yang ditangani relawan ratusan kasus belum dilaporkan.
(jsn/fay)