Telepati Bisa Diwujudkan Lewat teknologi
Hide Ads

Telepati Bisa Diwujudkan Lewat teknologi

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Kamis, 12 Sep 2019 13:20 WIB
Foto: Chris McGrath/Getty Images
Jakarta - Saat ini sudah ada teknologi kecerdasan buatan yang bisa menghubungkan otak manusia ke komputer. Nantinya, manusia pun bakal bisa menggunakan teknologi sejenis untuk membaca pikiran manusia lain, atau telepati.

Royal Society, sebuah organisasi sains asal Inggris, menuliskan hal ini dalam laporannya. Teknologi ini menggunakan sebuah implan yang dipasangkan ke otak manusia. Meskipun mereka mereka juga memberi peringatan risiko yang bisa terjadi jika teknologi ini jatuh ke tangan yang salah.

"Manusia bisa melakukan telepati dalam batasan tertentu, bisa berbicara tak cuma tanpa suara namun juga tanpa kata-kata. Caranya melalui akses langsung ke pikiran manusia lain pada level konseptual. Hal ini memungkinkan terjadi kolaborasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan rekan, dan juga percakapan mendalam dengan teman," tulis mereka dalam laporan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Facebook dan Tesla saat ini juga mengembangkan hal serupa, yaitu sebuah antarmuka neural, untuk keperluan komersial. Dan laporan ini juga menyebut pada 2040 antarmuka ini bakal menjadi sebuah opsi untuk mengobati penyakit seperti Alzheimer.

Penerapannya yang lebih futuristis antara lain adalah manusia bisa merasakan dan mencium wangi tertentu tanpa perlu berinteraksi secara langsung. Selain itu, teknologi ini pun bisa meningkatkan kemampuan ingatan manusia dan meningkatkan kemampuan penglihatan.

Dalam laporannya itu Royal Society menyebutkan kalau seharusnya pemerintah melakukan investigasi nasional terhadap teknologi ini, termasuk pengembangannya. Pasalnya ada masalah etika seperti perlindungan privasi, dan melindunginya agar tak dipakai sebagai alat mata-mata.

"(Teknologi) seperti ini bisa membawa keuntungan ekonomi yang sangat besar bagi Inggris dan mentransformasi sektor kesehatan publik. Namun jika pengembangannya dikuasai oleh sejumlah perusahaan tertentu maka hanya sedikit penerapannya secara komersial yang bisa disingkirkan. Maka dari itu kami meminta pemerintah untuk meluncurkan investigasi nasional," tulisnya.


(asj/krs)