Untungnya, badan antariksa China mengklaim bahwa jatuhnya Tiangong-2 lebih terkendali ketimbang pendahulunya, Tiangong-1. Tahun lalu, stasiun luar angkasa tersebut sempat membuat heboh lantaran diprediksi bakal jatuh di Indonesia, walau akhirnya ia mendarat di Samudra Pasifik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiangong-1 sendiri diluncurkan pada 15 September 2016 lalu. Ia berhasil bekerja di orbit Bumi selama lebih dari 1.000 hari, melewati ekspektasi usianya yakni 2 tahun.
Stasiun luar angkasa tersebut memiliki panjang 10,4 meter dengan diameter terpanjangnya mencapai 3,55 meter. Bahkan, ketika panel surya miliknya direntangkan, panjangnya dapat menjadi 18,4 meter.
Bobotnya sendiri mencapai 8,6 ton ketika diluncurkan. Selama bertugas, Tiangong-2 berfungsi dalam mengakomodasi misi Shenzhou yang melibatkan awak dan Tianzo sebagai wahana untuk kargo.
Badan antariksa China mengumumkan pihaknya akan memberikan laporan secara berkala mengenai kembalinya Tiangong-2 ke atmosfer. Sampai pengumumannya diturunkan, pihaknya mengklaim persiapan dalam memantau stasiun luar angkasa itu masih sesuai rencana.
(mon/fyk)