Ryugu merupakan bagian dari bebatuan primitif yang disebut asteroid tipe-C. Asteroid ini dipercaya mengandung material organik dan air dari 4,6 miliar tahun yang lalu, atau sekitar waktu terbentuknya tata surya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pagi hari ini waktu Jepang, Hayabusa2 mendekati permukaan Ryugu dengan jarak sekitar 500 meter, setelah itu perangkat SCI ini akan diluncurkan menuju permukaan asteroid tersebut. Setelah itu Hayabusa2 akan meninggalkan area sekitar Ryugu untuk menghindari serpihan dari ledakan atau tabrakan dengan Ryugu.
Sebelum meninggalkan Ryugu, Hayabusa2 akan meninggalkan kamera kecil yang bernama DCAM3. Kamera ini akan mengawasi ledakan yang diciptakan SCI dari jarak sekitar 1km dan mengirimkan gambarnya ke Hayabusa2.
SCI diprogram untuk meledak secara otomatis setelah 40 menit dan akan menciptakan kawah buatan di permukaan Ryugu. Kawah ini akan memiliki diameter 10 meter jika permukaannya berpasir, tapi jika permukaannya berbatu diameternya hanya sekitar 3 meter.
"Kami berharap akurasi dampak (dari SCI) sekitar radius 200 meter, itu sangat besar... kami berharap memiliki lubang di suatu tempat di wilayah yang sangat besar tersebut," kata Project Manager Hayabusa2 Yuichi Tsuda, seperti dikutip detikINET dari BBC, Jumat (5/4/2019).
Setelah itu, Hayabusa2 akan membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk kembali ke Ryugu dan menemukan kawah buatannya. Kemudian Hayabusa2 akan mulai mengobservasi material yang 'dimuntahkan' oleh ledakkan tersebut.
Hayabusa2 diperkirakan akan kembali ke Bumi pada tahun 2020 dengan membawa material yang didapatnya dari Ryugu. Proyek ini sendiri telah dimulai sejak tahun 2014.
Tonton juga video India Bersiap Hadapi Perang Antariksa:
(vim/krs)