Gas metana pertama kali ditemukan oleh robot penjelajah Curiosity pada tahun 2013. Tapi, saat itu peneliti tidak berhasil mengkonfirmasi hasil temuannya.
Baca juga: Helikopter NASA Siap Terbang di Planet Merah |
Dalam hasil penelitian yang diterbitkan pada hari Senin (1/4/2019) peneliti independen mengkonfirmasi bahwa robot Curiosity mendeteksi lonjakan gas metana pada tanggal 15 Juni 2013. Saat menjelajahi kawah Gale, Curiosity mencatat kandungan metana sebesar 5,78 bagian per miliar (parts per billion/ppb).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walaupun observasi sebelumnya, termasuk Curiosity, telah diperdebatkan, konfirmasi independen pertama tentang lonjakan metana ini meningkatkan kepercayaan pada deteksi," tulis laporan tersebut seperti dikutip detikINET dari Space, Kamis (4/4/2019).
Laporan ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Marco Giuranna dari Institute for Space Astrophysics and Planetology di Roma, Italia. Dengan laporan ini, teori bahwa adanya kehidupan di Mars pun menjadi semakin menguat.
Adanya metana memang merupakan satu pertanda yang menandakan suatu area bisa ditinggali. Bahkan bisa juga menjadi penanda bahwa area tersebut pernah ditinggali makhluk hidup.
Tapi, selain dihasilkan dari mikroba, metana juga bisa muncul dari proses yang disebut serpentinisasi. Proses ini melibatkan reaksi yang muncul dari batu olivine dengan kabon dioksida dan air. Gas metana yang ada di Bumi juga dihasilkan dari kedua proses tersebut.
Penelitian ini memang tidak memiliki kesimpulan tentang asal dari gas metana tersebut. Giuranna pun mengatakan jika gas tersebut bukan berasal dari mikroba, setidaknya dengan adanya gas metana membuat planet merah tersebut berpotensi untuk menjadi habitat manusia.
Gas tersebut bisa digunakan untuk menjadi sumber karbon dan energi. Selain itu, manusia juga bisa memanfaatkan metana yang terperangkap di bawah permukaan Mars untuk membuat bahan bakar roket. (vim/afr)