"Menghabiskan petang ini di Jet Propulsion Laboratory NASA saat komando terakhir dikirimkan ke rover Opportunity di Mars. Ada kesunyian. Ada air mata. Ada pelukan. Ada kenangan dan tawa," tulis Dr. Tanya Harrison, ilmuwan planet dari Arizona State University yang ikut dalam tim Opportunity.
![]() |
Penyebab kematian Opportunity adalah panel tenaga surya diselimuti debu setelah badai besar di Mars, sehingga tidak dapat lagi mengisi dayanya. Ia terlalu lama berada dalam keadaan tersebut sehingga tidak bisa dibangkitkan kembali. Komunikasi terakhir berlangsung pada 10 Juni 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
It seems to me you lived your life
like a rover in the wind
never fading with the sunset
when the dust set in.
Your tracks will always fall here,
among Mars' reddest hills;
your candle's burned out long before
your science ever will.
#ThanksOppy. I owe you so much
Kepergian Opportunity memang menimbulkan rasa sedih pada tim yang telah bertahun-tahun lamanya mengendalikan robot itu. Tapi ketangguhan si robot dan teknologinya telah diwariskan pada rover NASA lain untuk misi ke Mars.
"Kita tidak benar-benar mengucapkan selamat tinggal. Opportunity adalah bagian dari kita, pelajaran yang telah diambil, orang-orang di belakangnya, DNA pembuatan dan ilmunya adalah bagian dari Curiosity dan Mars 2020 dan setiap misi di JPL saat ini," sebut Bobak Ferdowski, salah satu ilmuwan NASA.
Opportunity yang meluncur pada tahun 2004 sebenarnya hanya dirancang untuk berjalan sejauh 1 kilometer untuk misi selama 3 bulan. Namun ajaibnya, si robot begitu tangguh hingga sampai 'kematiannya', telah menjelajah Mars sejauh 45 kilometer. Usianya juga paling lama di antara rover Mars lainnya.