Melalui akun Twitter-nya, LAPAN mengumumkan Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) LAPAN Pasuruan akan menjadi tuan rumah Lunar Eclipse Camp (LEC 2018). Acara tersebut diselenggarakan oleh Komunitas astronomi seluruh Jawa Timur.
Ketika dikonfirmasi kepada Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, ia pun membenarkan kegiatan pengamatan gerhana bulan total secara bersama-sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Waspada! Ini Dampak Gerhana Bulan Total |
Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) LAPAN Pasuruan akan menjadi tuan rumah "Lunar Eclipse Camp" (LEC 2018) yang diselenggarakan oleh Komunitas astronomi seluruh Jawa Timur. LEC 2018 di LAPAN Pasuruan dihadiri oleh
β LAPAN (@LAPAN_RI) July 23, 2018
20 Klub Astronomi
11 Independen
23 Teleskop pic.twitter.com/5HknyLLw3S
"Ya, itu di kantor LAPAN Pasuruan. Di sana akan berkumpul komunitas astronomi dengan membawa teleskop masing-masing. Ada sekitar 23 teleskop," ujar Thomas kepada detikINET.
Thomas juga mengatakan bahwa ada nobar gerhana bulan total di tempat lainnya. Hal ini jelas memudahkan masyarakat dalam mengetahui lebih dalam terkait peristiwa alam istimewa yang akan terjadi nanti.
"Lokasi lain di LAPAN Garut, Sumedang, Pontianak, dan Bukit Tinggi," ucapnya.
Gerhana bulan total kali ini akan berlangsung pada tanggal 28 Juli dini hari. LAPAN menyebutkan peristiwa itu terjadi pukul 01.24 - 05.19 WIB. Sedangkan, fase total terjadi pada pukul 02.30 - 04.13 WIB atau berlangsung satu jam 43 menit.
Fase total yang mencapai satu jam 43 menit tersebut yang membuat gerhana bulan total nanti masuk kategori terlama di abad 21.
Sebelumnya, pada Januari kemarin, Indonesia sempat menikmati gerhana bulan total selama satu jam 16 menit. Lebih cepat 27 menit ketimbang dengan gerhana bulan total yang akan terjadi 28 Juli.
Baca juga: Wah! Hujan Meteor Iringi Gerhana Bulan Total |
Tentu, hal ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menyaksikannya langsung. Sebab, fenomena gerhana bulan total akan menyapa Indonesia tiga tahun lagi.
"Fenomena ini adalah yang terakhir di tahun 2018," kata Rhorom Priyatikanto, Peneliti Bidang Astronomi dan Astrofisika Pusat Sains Antariksa LAPAN.
Sementara untuk kejadian serupa, LAPAN mengatakan baru bisa dilihat di Indonesia pada tanggal 26 Mei 2021. Artinya, butuh waktu kurang lebih tiga tahun untuk menanti kembali menyaksikan pertunjukan alam di malam hari tersebut.
"Uniknya, Gerhana Bulan Total 2021 nanti terjadi saat bulan terbit di ufuk timur saat petang," ungkap Rhorom. (agt/fyk)