Pada Juni 2016 lalu, National Institutes of Health (NIH), memberikan kepercayaan kepada sejumlah dokter dari University of Pennsylvania Health System (Penn Medicine) untuk mulai melakukan uji coba CRISPR terhadap manusia.
CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) sendiri merupakan sebuah teknologi yang memungkinakan untuk mengubah, menghapus, hingga menyisipkan gen spesifik untuk mengatasi keabnormalan di gen tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam uji coba pertama di Amerika Serikat ini, Stadtmauaer dan kolega akan menggunakan CRISPR untuk menyunting sel T, yang berperan besar dalam sistem imun, dari para partisipan.
Mereka akan mengekstrak sel darah dari para pasien agar dapat menyuntingnya di luar tubuh, sebuah teknik yang dinamakan terapi gen ex vivo.
Lalu, para dokter akan menghapus dua gen spesifik dari sel T, yaitu PD-1 yang biasa dieksploitasi oleh sel kanker untuk menghentikan aktivitas sistem imun, serta sebuah reseptor pendeteksi bahaya seperti kuman.
Nantinya, mereka akan menyusupkan sebuah reseptor baru yang sudah didesain untuk sel T akan dapat melawan sel kanker secara langsung.
Tujuannya adalah untuk mengubah sel T menjadi lebih baik dalam melawan kanker sebelum memasukannya kembali ke dalam aliran darah pasien.
Untuk itu, sebanyak 18 pasien yang menderita tiga tipe kanker, yaitu multiple myeloma, sarkoma, dan melanoma, akan dilibatkan dalam uji coba tersebut.
Penelitian yang rencananya akan selesai pada Januari 2033 ini mendapat bantuan pembiayaan dari Parker Institute for Cancer Immunotherapy.
Menariknya, juru bicara Penn Medicine justru mengatakan bahwa mereka belum bisa menentukan tanggal dimulainya proyek ini secara pasti.
"Kami sudah berada di tahap akhir dalam persiapan untuk memulai uji coba, namun kami masih belum bisa memberikan keterangan secara spesifik kapan proyek ini akan dilaksanakan," ujarnya, seperti detikINET kutip dari Futurism, Jumat (19/1/2018).
Setelah AS, Swiss diperkirakan akan menyusul untuk melakukan uji coba terapi gen ex vivo terhadap manusia pada akhir 2018 mendatang lewat proyek yang dibesut oleh CRISPR Therapeutics. (jsn/rou)