Asus punya ponsel flagship terbaru untuk tahun 2024 ini, yaitu Zenfone 11 Ultra, yang dipasarkan dengan harga yang menarik untuk kelasnya, yaitu mulai dari Rp 10 juta. Meski sayangnya, Asus meninggalkan ciri khas Zenfone yang selama ini jadi pembeda, yaitu bodi yang mungil. Namun bagaimana performa ponsel ini? Yuk simak ulasan berikut ini.
Seperti diketahui, sampai dengan Zenfone 10, Asus mempertahankan ciri khas Zenfone sebagai ponsel dengan spesifikasi flagship namun dengan layar (dan tentunya) bodi yang mungil, misalnya saja Zenfone 10 yang layarnya hanya 5,92 inch.
Namun mereka mengubah hal itu di Zenfone 11, yang namanya ditambahi embel-embel "Ultra", dan membuat seri Zenfone ini menjadi seperti ponsel flagship lain yang layarnya sudah di atas 6,5 inch, tepatnya 6,78 inch.
Oh ya, secara dimensi, Zenfone 11 Ultra ini sangat mirip dengan ROG Phone 8. Tentunya tanpa berbagai "kelengkapan" gaming yang dibawa oleh ROG Phone 8.
Desain
Sebagai ponsel flagship, bodi Zenfone 11 Ultra terasa sangat premium. Bodi belakangnya terbuat dari bahan metal dengan finishing matte atau doff. Tak banyak ornamen yang meramaikan bodi belakangnya, kecuali beberapa garis pola geometri pada bagian tengah hingga bawah.
Modul kamera yang ada di bagian kiri atas juga terasa minimalis, meski harus diakui memang cukup tebal dan menonjol dibanding bodinya yang sebenarnya juga tak tipis-tipis amat.
Namun di balik desain yang premium ini, menurut saya ada sebuah hal negatif. Yaitu bodi belakangnya ini terasa agak licin. Kalau dipegang sih memang tidak terlalu licin, namun jika ditaruh di meja kayu atau kaca, bodinya ini sangat licin.
Biasanya saya tak terlalu peduli jika bodi belakang ponsel terasa licin, karena biasanya bisa "disembuhkan" dengan mudah lewat penggunaan casing tambahan, yang juga untuk melindungi kesan premium bodi tersebut agar tidak tergores atau kotor dengan noda dari sidik jari.
Dan, Asus memang menyertakan casing pada paket penjualan Zenfone 11 Ultra ini. Namun sayangnya, casing tambahan ini malah lebih licin dibanding bodi belakang ponsel. Artinya, pengguna mungkin sebaiknya membeli casing tambahan dari pihak ketiga (yang dari pantauan saya di marketplace, pilihannya tidak terlalu banyak).
Sementara itu pada bagian depannya dipenuhi oleh layar besar 6,78 inch yang datar, dan hanya sedikit melengkung pada bagian pinggiran layar yang membuatnya terasa nyaman saat melakukan swipe dari luar layar.
Bezelnya ini sangat tipis, nyaris tak terlihat. Rasio layar ke bodinya mencapai 94%, dan layarnya ini tak terganggu kehadiran sensor karena semuanya tersimpan di bawah layar termasuk sensor sidik jari optical, hanya ada punch hole untuk kamera depan. Layarnya dilapisi Gorilla Glass Victus 2, dan ponselnya punya sertifikasi IP68 tentunya.
Layar
Seperti yang sudah saya tulis di atas, layarnya ini berukuran 6,78 inch dengan resolusi 1080p, atau tepatnya 1080 x 2400 pixel. Refresh rate-nya adalah 144Hz, bukan 165Hz seperti ROG Phone 8.
Panel yang dipakai adalah Samsung Flexible AMOLED E6 8 bit, dengan tingkat kecerahan maksimal diklaim mencapai 2500 nits, yang membuatnya nyaman saat dipakai di bawah terik matahari sekalipun.
Dalam penggunaan sehari-hari, layarnya ini bisa menghasilkan gambar yang memukau. Tentu ada sertifikasi Widevine L1 yang membuat Zenfone 11 Ultra bisa dipakai memutar video dari Netflix dan sebagainya dalam berbagai standar, kecuali Dolby Vision yang memang tidak didukung.
Meski refresh rate maksimalnya 144Hz, pengguna dibatasi pada refresh rate 120Hz. Pengaturannya bisa dipilih antara 60Hz, 120Hz atau auto menggunakan teknologi LTPO yang akan menyesuaikan konten yang sedang dilihat.
Baterai
Kapasitas baterai Zenfone 11 Ultra adalah 5.500, terbilang besar untuk ponsel seukurannya. Namun sepadan dengan ukuran layarnya yang besar serta system on a chip yang dipakainya -- Snapdragon 8 Gen 3 -- yang juga haus daya.
Untuk penggunaan sehari-hari, media sosial, pengiriman pesan, sesekali bermain game dan menonton video dari YouTube dan Netflix, baterainya ini dengan mudah bertahan dari pukul 7 pagi hingga 10 malam. Saat diuji menggunakan tes baterai di PCMark, didapatkan daya tahan baterai selama 11 jam 43 menit.
Soal pengisian baterai, Asus menyebut Zenfone 11 Ultra mendukung daya maksimal 65W lewat standar HyperCharge yang tampaknya berbasis dari Power Delivery (PD) dan Programmable Power Supply (PPS).
Tentu saja, seperti banyak ponsel kekinian, tak ada adapter charger di paket penjualannya. Jadi jika anda mencari charger untuk Zenfone 11 Ultra, carilah charger yang mendukung standar PD dan PPS.
Saat dicoba menggunakan charger Baseus GaN 65W yang saya pasangkan dengan kabel USB-C yang ada di paket penjualan, waktu yang dibutuhkan dari kosong sampai penuh hampir mencapai 50 menit. Cukup kencang memang, namun jelas masih kalah dengan standar-standar charger lain yang lebih wah, misalnya seperti Xiaomi 120W.
Baca selengkapnya >>>
Simak Video "Jadi Ponsel Ramah Lingkungan, Ini Spesifikasi-Fitur AI Asus Zenfone 11 Ultra"
(asj/afr)