Celakanya, PDA berbasis OS Palm itu sulit diperbaiki. Lucky tak tahu harus ke mana meminta bantuan memperbaiki gadgetnya tersebut. Kesal sudah pasti. Apalagi, dirinya sudah sangat bergantung pada PDA itu dalam melakukan pekerjaannya.
Memang menyebalkan ketika mengalami peristiwa yang terjadi sekitar 14 tahun silam itu. Tapi kini, Lucky yang sekarang dikenal sebagai praktisi gadget mungkin akan mengenangnya sebagai 'momen bersejarah' yang mengawali kecintaannya terhadap gadget.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak punya gadget yang gak bisa diperbaiki." Demikian jawab pria asal Bandung ini seraya tersenyum saat ditanya bagaimana mulanya dia kecebur di dunia gadget. Ya, PDA rusak milik Lucky bisa jadi adalah benda ajaib yang berhasil memikatnya dan menjadi jatuh cinta kepada gadget.
"Waktu itu kita tidak punya service center. Smartphone masih baru pada saat itu. Orang mulai pakai gadget seperti PDA dan Pocket PC. Tapi kalau rusak, kita gak tahu harus perbaiki ke mana. Paling dekat ke Singapura," kenangnya.
Gara-gara kesulitan ini, Lucky yang kala itu berprofesi sebagai arsitek menyadari pentingnya sebuah komunitas. Di komunitas, dia bisa menemukan pemecahan masalah gadget karena ada banyak orang punya problem yang sama seperti dirinya.
"Di komunitas kita saling berbagi informasi yang kita tahu. Akhirnya menumbuhkan ketertarikan pada gadget," ujarnya.
Lucky lantas berpikir untuk membentuk komunitas Bandung PDA Community. Bekerjasama dengan operator, Lucky pun mulai memperkenalkan kegunaan PDA kepada khalayak melalui berbagai seminar dan pertemuan.
Ketagihan Ngoprek
Sejak aktif di komunitas, Lucky pun terus mengikuti perkembangan gadget dan belajar secara otodidak. Dari sini pula, kesenangan mengoprek gadget kian menggelora. Entah sudah berapa banyak gadget yang menjadi 'korbannya'.
Keingintahuan yang besar dan semangat terus belajar membuatnya tak pernah ketinggalan mengikuti kemunculan beragam gadget terbaru, mencobanya, sehingga membuatnya ketagihan mengoprek.
Hal ini pula yang mendorongnya membentuk komunitas gadget yang lebih luas, bernama Gadtorade, singkatan dari Gadget to Trade, pada 2001. Mailing list ini memudahkan setiap anggotanya mencari informasi tentang jual beli berbagai macam gadget, seperti smartphone, notebook, atau kamera.
"Dulu kan belum banyak toko gadget. Jadi inginnya gak hanya ngomongin software. Kalau ada teman-teman yang umumnya dari luar negeri mau jual gadget, atau menawarkan mau titip atau tidak, bagaimana kasih tahunya? Nah, lalu saya bikin Gadtorade," tuturnya.
Semakin serius menekuni komunitasnya, ditambah lagi Lucky juga membuka toko gadget Gadtorade--Lucky lebih suka menyebutnya warung gadget--di sinilah suami dari Anna Maria tersebut mulai galau, demikian istilahnya zaman sekarang.
"Seiring berjalannya waktu saya semakin senang gadget, akhirnya jadi hobi. Ada jalan ketika menemukan hobi, ada kesempatan punya wadah seperti Gadtorade, kemudian punya warung. Jadi bercabang jalan saya, apakah mau terus di arsitek atau mengikuti hobi," kisah Lucky.
Akhirnya, kata hati Lucky memenangkan perdebatan batin ini. Pada 2004, lulusan Teknik Arsitektur Universitas Parahyangan Bandung itu meninggalkan pekerjaannya sebagai arsitek dan memilih mendalami perkembangan gadget.
"Banyak orang bilang gak nyambung. Arsitek kok jadi dagang gadget. Tapi yah, lebih berat ke hobi," ungkap ayah dari Handi Setiadi ini seraya tertawa.

'Meracun'
Sangat menarik membicarakan perkembangan Gadtorade. Siapa sangka, mailing list ini berkembang menjadi komunitas gadget terbesar di Indonesia, dengan anggotanya yang sudah mencapai 10.000 orang.
Mailing list ini bebas diikuti siapa saja, tetapi tetap teratur. Gadtorade memiliki admin atau moderator yang memantau postingan agar kontennya terarah kepada semua hal yang berkaitan dengan gadget. Satu bulan, ada 8.000 - 10.000 email hilir mudik di sana.
"Arus informasi di sana terbilang cepat, dan termasuk yang latest. Mereka tahu tentang smartphone, tablet, kamera, pokoknya semua informasi gadget terkumpul di sana," ujar pria ramah yang akrab disapa Kang Lucky ini.
Melalui komunitas ini pula, Lucky kerap 'meracun', demikian istilahnya, membagi pengetahuan gadget kepada anggota melalui tulisan-tulisannya. Dari situ, banyak anggota yang terkena 'racunnya'.
"Biasanya mereka jadi 'teracun' yah, misalnya yang tadinya gak pakai sebuah gadget jadi pakai, yang belum punya jadi pengen punya," kata Lucky terbahak.
Tapi disebutkannya, tujuan utama sebenarnya bukan mengenai perangkatnya, melainkan lebih ke arah bagaimana seseorang memaksimalkan gadgetnya.
Selain di komunitasnya sendiri, Lucky juga kerap diminta berbicara di berbagai seminar. Pada awal kehadiran Blackberry di Indonesia, dia turut menjadi pelopor memperkenalkan perangkat ini ke publik.
Demikian juga ketika muncul sistem operasi Android, Lucky tertarik dan mulai mendalaminya, lantas membagikan pengetahuannya melalui tulisan di mailing list, blog, majalah teknologi informasi maupun akun Twitternya @gadtorade.
Cinta Mati Android
Mengingat usia Gadtorade yang sudah 10 tahun, Lucky berharap bisa mengembangkan komunitasnya itu secara lebih serius. Pria murah senyum ini mengatakan ingin punya tempat khusus bagi anggota Gadtorade.
"Ingin lebih profesional, lebih banyak memberikan manfaat untuk member. Kalau belajar di warung kadang kurang enak. Markas komunitasnya sedang dipersiapkan. Semoga segera bisa dinikmati member dalam tahun ini," harapnya.
Karena cepatnya perkembangan teknologi, Gadtorade memposisikan diri untuk tidak terikat dengan vendor tertentu atau sistem operasi tertentu. Di sini, terbuka kesempatan bagi siapa saja untuk bergabung asalkan gadget related.
Menariknya, di komunitas ini beragam anggota yang menggunakan berbagai platform sengaja 'diadu' ketika membicarakan keunggulan masing-masing platform. Namun tujuannya hanya satu, mendapatkan ilmu baru.
"Lucu memang, masing-masing ada fanboy-nya lah. Kita memang sengaja diadu-adu, dipanas-panasi begitu. Tujuannya bukan apa-apa, akhirnya ilmu tuh keluar. Yang bilang Android gak bisa begini, nanti jagonya di Android keluar, menjelaskan bahwa sebenarnya bisa loh, caranya begini-begini," paparnya.
Menurutnya, dengan cara dipancing seperti ini, mereka yang jago akan sendirinya keluar dan mengajarkan yang belum tahu. Meski disentil, dikatakannya tidak sampai terjadi seseorang merasa 'hurt feeling' dan jadi bermusuhan.
"Karena semangatnya semangat berbagi. Lucu lah, saling mengejek tapi dari situ trik-trik keluar. Kalau mengundang pembicara untuk hal-hal seperti itu bayarnya mungkin jutaan. Di sini (Gadtorade-red.), ilmu seperti itu gratis," katanya.
Namun Lucky sendiri saat ini sedang memiliki ketertarikan besar terhadap Android. Mengingat dirinya senantiasa mengikuti perkembangan teknologi, apakah ketika ada platform lain yang lebih menarik ketimbang Android, Lucky akan berpindah ke lain hati?
"Hahahaha... iya sih sekarang lagi cinta mati dengan Android," aku Lucky. Namun dikatakannya, masih banyak waktu sebelum ada platform lain yang lebih memikat dari Android.
"Karena Android sampai sekarang masih terus berkembang, masih terus berubah dan selalu memberikan pengalaman baru," ujarnya.
Dia berpendapat, platform yang terlalu percaya diri dan lambat berubah akan segera disusul platform lain. Lucky sendiri berharap agar Android tidak cepat merasa puas diri dengan hasil yang dicapainya sekarang dan terus berubah lebih baik.
"Perlombaan platform itu ibarat adu lari cepat. Siapa yang lengah dan menarik nafas untuk istirahat, segera dilewati oleh yang lain," simpulnya.
(rns/ash)