Berpindah ke ranah online tak mengurangi antusiasme menonton berbagai turnamen e-sport dalam negeri. Malah gelaran turnamen e-sport online dinilai tetap berpotensi cuan.
Seperti diketahui, situasi pandemi memaksa para penyelenggara turnamen eSport putar otak agar ajang yang digelarnya bisa tetap berjalan Tak hanya gelaran babak kualifikasi, fase grup hingga main event banyak digelar online demi menjaga ekosistem industri eSport.
Nah, apakah kondisi seperti ini akan bertahan lama sehingga orang-orang akan lebih nyaman menyaksikan turnamen e-sport di rumah atau sebaliknya, hanya terjadi saat pandemi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Direktur Industri Kreatif, Film, Televisi dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Syaifullah Agam, sangat memungkinkan menyelenggarakan turnamen eSport dalam negeri seperti Piala Presiden Esports dan Game Prime secara online.
Disebutkan Syaifullah, antusiasmenya justru melonjak karena banyak penyuka e-sport yang mencari hiburan dan kegiatan dari rumah berbondong-bondong menonton turnamen e-sport online.
"Kalau kita lihat data di tahun 2019, menonton orang main game secara online naiknya tinggi. Dan saat pandemi ini game yang paling tidak terdampak karena banyak orang mencari hiburan, angka pemain maupun penontonnya justru naik," kata Syaifullah dalam video conference 'Potensi Besar Industri Gaming Indonesia', Selasa (30/6/2020).
Dia berpendapat, situasi pandemi yang mengharuskan orang berkegiatan di rumah telah mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam mengonsumsi konten hiburan secara digital, termasuk game.
Senada dengan Syaifullah, Presiden Indonesia Esports Premier League (ISPL) Giring Ganesha berpendapat bahwa turnamen eSport yang digelar secara online justru memperluas jangkauan audience sehingga lebih banyak penonton, terutama jika turnamen e-sport yang digelar menampilkan tim eSport besar.
"Selama pandemi turnamen digelar online dan viewers-nya bagus terus. Semua pertandingan traffic-nya naik, apalagi buat yang tim-tim besar," ujarnya.
Giring menilai hal ini wajar, karena sebenarnya hype eSport dan gaming memang bermula dari internet yang kemudian berkembang ke ranah event offline dan membuatnya semakin hidup.
Di sisi lain, mantan vokalis band Nidji ini mendapati tantangan baru dengan peralihan kebiasaan menonton turnamen eSport ke ranah online. Menurutnya, cukup sulit menyelenggarakan turnamen secara offline secara profesional tanpa kehadiran penonton secara langsung.
"Ini jadi tantangan tersendiri buat kita bagaimana fokus menyelenggarakan turnamen online, bagaimana meyakinkan sponsor. Karena kan memang akan lebih meyakinkan kalau digelar offline, sponsor bisa canvassing dan hal lainnya," urai Giring.
Namun tantangan ini tak menyurutkan optimisme Giring bahwa turnamen e-sport yang digelar secara online pun tetap berpotensi besar hingga nantinya situasi sudah tidak lagi pandemi.
(rns/fay)