Pakar China Sebut Vaksin Corona Segera Ada, Kecam Herd Immunity
Hide Ads

Pakar China Sebut Vaksin Corona Segera Ada, Kecam Herd Immunity

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 09 Jun 2020 16:48 WIB
Vaksin virus corona: Vaksin disebut bisa melatih kekebalan tubuh melawan virus corona dalam uji coba tahap pertama di AS
Ilustrasi. Foto: BBC Magazine
Beijing -

Penasihat kesehatan China, Dr Zhong Nansan, menyatakan vaksin adalah satu-satunya jalan untuk mengendalikan pandemi Corona. Ia pun mengecam metode herd immunity untuk melawan Corona.

Dr Zhong ditunjuk untuk memimpin upaya China mengalahkan COVID-19. Ia menyatakan herd immunity akan menimbulkan banyak kematian.

"Sebuah negara membutuhkan 60 sampai 70% populasinya terinfeksi untuk herd immunity. Jika begitu, 7% dari jumlah itu akan meninggal oleh penyakit ini," kata dia, dikutip detikINET dari DailyMail.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendekatan herd immunity menurutnya dapat mengakibatkan 30 sampai 40 juta orang meninggal tanpa menyebut dari mana ia dapat memprediksinya. "Itu mengagetkan. Terlalu tinggi ongkosnya," sebut dia.

Herd immunity teorinya adalah membiarkan mayoritas populasi penduduk memiliki resistensi terhadap virus dengan cara tertular lalu sembuh. Ini adalah salah satu solusi kontroversial menghadapi COVID-19 selain strategi lockdown.

ADVERTISEMENT

Dr Zhong yang berusia 83 tahun ini menyebut vaksin adalah cara terampuh memberantas Corona. Dia mengklaim vaksin Corona yang dikembangkan ilmuwan China sudah bisa siap menjelang akhir tahun ini untuk penggunaan darurat.

"Sebagian bisa digunakan untuk darurat mungkin menjelang akhir tahun ini. Kami yakin di musim gugur atau musim dingin tahun ini (tersedia) jika dibutuhkan untuk darurat," klaimnya.

Sebelumnya, Zhong menyebut riset mengenai vaksin Corona di China termasuk yang paling top di dunia. "Sejauh ini, kita memiliki 5 vaksin (COVID-19) yang masuk dalam fase II trial klinis. Kita tidak tertinggal dari negara lain," katanya.

Selain penelitian vaksin, ilmuwan China juga giat menulis di jurnal ilmiah tentangnya. Sampai 10 Mei, total 2.151 artikel tentang COVID-19 telah dipublikasikan di jurnal terkemuka dan ilmuwan China disebut banyak berkontribusi.

"China berkontribusi 650 di antaranya, sekitar sepertiga, banyak yang dipublikasikan di jurnal top. Artikel itu menyediakan panduan untuk mengendalikan pandemi," kata Zhong.

"Tulisan ilmiah kita tidak hanya ditujukan buat China, tapi juga seluruh dunia," imbuhnya. Studi antara lain dilakukan untuk mencari asal muasal virus Corona.

Adapun salah satu kandidat paling menjanjikan di negara itu adalah buatan Sinovac Biotech yang berbasis di Beijing. Ilmuwan perusahaan itu mengklaim sudah berhasil uji vaksin Corona pada monyet dan berlanjut ke manusia.