Mantan Pegawai Facebook Tuding Zuckerberg Pengecut Hadapi Trump
Hide Ads

Mantan Pegawai Facebook Tuding Zuckerberg Pengecut Hadapi Trump

Fino Yurio Kristo - detikInet
Kamis, 04 Jun 2020 14:00 WIB
Facebook CEO Mark Zuckerberg responds to a question about his own personal information becoming public as he testifies before a joint Senate Judiciary and Commerce Committees hearing regarding the company’s use and protection of user data, on Capitol Hill in Washington, U.S., April 10, 2018. REUTERS/Leah Millis
Mark Zuckerberg. Foto: Reuters
San Francisco -

Mark Zuckerberg tengah menghadapi badai kritik lantaran tidak mau menghapus postingan kontroversial presiden Donald Trump di Facebook. Terbaru, lusinan mantan pegawal awal meminta Facebook mempertimbangkan kembali keputusannya, bahkan kata pengecut pun terlontar.

Para mantan pegawai itu menilai Facebook yang dulu mereka bangun sekarang seakan sudah tidak dikenali lagi. Di antara mereka adalah Meredith Chin, mantan Corporate Communication Manager, Adam Conner, mantan Public Policy Manager dan Natalie Ponse, mantan Marketing Manager.

"Kami merasa hancur menyaksikan sesuatu yang kami bangun dan sesuatu yang kami yakini akan membuat dunia menjadi tempat lebih baik telah kehilangan arah," tulis mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka meminta Zuckerberg juga mengimplementasikan review pada kata-kata pemimpin politik atau cek fakta, seperti yang telah diterapkan pada user Facebook biasa.

"Perusahaan tempat kami bergabung dulu memberikan para individu suara yang sama keras seperti pemerintah mereka, melindungi yang tidak berdaya ketimbang yang berkuasa," tambah mereka.

ADVERTISEMENT

Tidak beraksi apa-apa terhadap tindakan Trump mereka nilai sebagai pengecut. "Pendekatan Facebook saat ini bukanlah membela kemerdekaan. Tindakan mereka tidak koheren dan lebih buruk lagi, pengecut," kritik para mantan tersebut.

Seperti diberitakan, postingan Trump yang dipermasalahkan adalah tulisan "Ketika penjarahan mulai, penembakan mulai" yang dinilai sebagai glorifikasi kekerasan. Jika dibiarkan, postingan itu juga dikhawatirkan menjadi inspirasi kejahatan.

"Di era marak penembakan yang disiarkan langsung saat ini, Facebook seharusnya tahu bahaya hal ini lebih baik daripada kebanyakan pihak," imbuh mereka.




(fyk/fay)