Seperti diketahui, pada Kamis (26/12) kemarin telah terjadi Gerhana Matahari Cincin yang melewati kawasan Timur Tengah, India, Indonesia (Sumatera hingga Kalimantan), Singapura, Filipina, sampai Guam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gambar visual tersebut berhasil diabadikan oleh satelit Himawari 8 kepunyaan Jepang. Video berdurasi sekitar satu menit yang diunggah akun YouTube VideoFromSpace, menunjukkan bayangan Bulan 'menghitamkan' daerah-daerah yang terdampak Gerhana Matahari Cincin, salah satunya Indonesia.
Di sisi lain, bayangan gelap di sebelah kanan, tanda waktu malam terus berjalan seakan-akan 'bertemu' dengan bayangan gelap Bumi dari Bulan.
Astronot NASA Jessica Meir juga turut mengabadikan Gerhana Matahari Cincin yang dilihatnya dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Lewat unggahan serangkaian foto di akun Twitter miliknya, menampilkan adanya daerah di Bumi yang tampak gelap.
LAPAN mengungkapkan ke depannya, Indonesia masih bisa merasakan bermacam-macam fenomena alam yang berkaitan dengan gerhana, mulai dari gerhana Bulan, gerhana Matahari, sampai gerhana hibrida.
Seperti yang disampaikan Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN, Rhorom Priyatikanto, fenomena alam yang paling dekat itu gerhana Bulan penumbra, di mana akan terjadi pada 10 Januari 2020. Sayangnya, dikatakan Rhorom, gerhana Bulan penumbra ini sulit untuk dilihat.
"10 Januari 2020 akan ada gerhana Bulan penumbra. Bisa dilihat di Indonesia, tapi memang tidak begitu jelas. Hampir tak berasa atau tak terlihat oleh mata," kata Rhorom.
Lalu, gerhana Bulan total yang di mana masyarakat Indonesia bagian timur beruntung menyaksikan kejadian ini pada 26 Mei 2021.
Kemudian, Yang paling menarik adalah pada tanggal 20 April 2023, Indonesia mengalami Gerhana Matahari Hibrida. Rhorom menjelaskan gerhana Matahari tersebut merupakan perpaduan antara cincin dan total.
(agt/fay)