Komisi Komunikasi Federal AS (FCC), sebuah lembaga independen pemerintah yang menangani bidang frekuensi radio, broadband, dan keamanan dalam negeri, telah melayangkan surat pelarang tersebut kepada Verizon, AT&T, T-Mobile, dan Sprint.
Dalam pernyataannya, seperti detikINET kutip dari Zdnet, Senin (25/11/2019) FCC menyebutkan Huawei dan ZTE menimbulkan ancaman keamanan nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jaringan yang rentang terhadap berbagai bentuk pengawasan dan serangan dapat menyebabkan penolakan layanan dan hilangnya integritas serta kerahasian layanan jaringan," tulis FCC.
"Ketika AS meningkatkan jaringannya ke generasi berikutnya dari teknologi nirkabel -5G- risikonya bahwa ada rahasia 'pintu belakang' di jaringan komunikasi kita, memungkinkan kekuatan asing yang terlibat dalam mata-mata, menyuntikan malware, atau mencuri data orang AS menjadi lebih besar," tutur lembaga yang berusia 85 tahun ini.
Adapun FCC juga mengungkapkan keinginannya agar para provider telco tersebut menerima dana subsidi, di mana tujuannya untuk menukar semua peralatan Huawei dan ZTE yang digunakan dalam jaringan mereka.
"Baik Huawei dan ZTE memiliki hubungan dekat dengan Pemerintah China dan aparat militer dan tunduk pada hukum China yang mengharuskan mereka untuk membantu spionase, ancaman yang diakui oleh agen federal lainnya dan pemerintah negara lain," ujar FCC.
Chairman FCC Ajit Pai mengatakan larangan pihaknya ini didasarkan pada bukti dan mengutip laporan Uni Eropa pada bulan lalu yang disebutkan kalau 5G akan meningkatkan jalur serangan bagi aktor negara.
"Mengingat ancaman yang ditimbulkan oleh Huawei dan ZTE bagi kemananan AS dan masa depan 5G kita, FCC tidak akan tinggal diam dan berharap yang terbaik," tegasnya.
Adapun Huawei yang bereaksi bernada protes terhadap larangan ini. Perusahaan asal negeri Tirai Bambu tersebut menyebutkan kalau hal itu merupakan tindakan yang tidak beralasan.
"Tindakan yang tidak beralasan ini akan memiliki efek negatif yang mendalam pada konektivitas bagi orang AS di daerah pedesaan dan kurang terlayani di seluruh AS," kata Huawei.
(agt/fay)