Mengenal OG, Tim eSport Dota 2 yang Juarai The International 2019
Hide Ads

Mengenal OG, Tim eSport Dota 2 yang Juarai The International 2019

Virgina Maulita Putri - detikInet
Senin, 26 Agu 2019 18:15 WIB
Mengenal OG, Tim eSport Dota 2 yang Juarai The International 2019 Foto: Reuters
Jakarta -
Kompetisi eSport Dota 2 terbesar di dunia, The International 2019 (TI9) telah berakhir. Gelar juara tahun ini dipegang oleh tim OG yang berhasil mengalahkan tim Liquid dengan skor 3-1.

OG berhasil mengalahkan Liquid dalam partai final yang dihelat pada Minggu (25/8/2019) di Mercedes-Benz Arena, Shanghai, China, dengan format pertandingan best of five. Sebagai ganjarannya, mereka berhasil membawa pulang hadiah sebesar USD 15,6 juta atau sekitar RP 221,7 miliar.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut adalah profil dan fakta-fakta menarik tim OG yang berhasil menjuarai The International 2019 yang dirangkum detikINET dari berbagai sumber.

1. Berdiri Pada Tahun 2015

Tim OG pertama kali didirikan oleh Johan 'n0tail' Sundstein, yang merupakan mantan pemain tim Secret, pada tahun 2015. Saat itu mereka mengusung nama (monkey)Business.

Sundstein mendirikan (monkey)Business bersama Tal 'Fly' Aizik, David 'MoonMeander' Tan, Amer 'Miracle-' Al-Barkawi dan Andreas 'Cr1t-' Nielsen. Setelah menguasai turnamen Frankfurt Major 2015, popularitas mereka mulai menanjak dan mereka kemudian mengusung nama OG.

2. Tim Pertama yang Menangi Empat Dota Major Championship

Tidak lama setelah dibentuk, OG berhasil menjuarai turnamen Dota 2 Frankfurt Major 2015. Turnamen ini merupakan bagian dari Dota Major Championship yang diadakan pertama kali oleh Valve pada tahun 2015.

Setelah itu, dominasi OG semakin tidak terbendung. Mereka berhasil memenangkan Manila Major 2016, Boston Major 2016 dan Kiev Major 2016. Tim yang berbasis di Eropa ini berhasil menjadi tim pertama yang memenangkan empat Dota Major Championship.

3. Susah Payah Juarai The International 2018

Tim OG mulai berpartisipasi di kompetisi The International pada tahun 2016. Sayangnya pada kompetisi tersebut dan tahun berikutnya mereka belum berhasil menjadi juara.

Pada tahun 2018, OG ditinggal dua pemainnya yaitu Fly dan Gustav 's4' Magnusson. Karena pergantian susunan pemain yang telah melewati tenggat waktu, mereka pun tidak memenuhi syarat untuk diundang secara langsung ke The International 2018 (TI8) atau pun mengikuti Regional Qualifiers.

Tim OG pun diminta untuk bermain melalui Open Qualifiers. Dengan susah payah dan mengusung status sebagai underdog, mereka berhasil menncapai babak final TI8 dan memenangkan turnaman tersebut setelah mengalahkan PSG.LGD 3-2.

Tim OG pun berhasil menjadi tim pertama yang memenangkan turnamen The International lewat Open Qualifiers.



4. Rambah eSport Lain

Walau saat ini fokus pada Dota 2, OG mulai merambah eSport cabang lain yaitu Super Smash Bros. Pada Mei 2018, OG berhasil menggaet James 'Swedish Delight' Liu sebagai pemain Super Smash Bros. pertama mereka.

5. Kalah Lawan AI

Setelah memenangkan The International 2018, OG mencoba sesuatu yang berbeda yaitu memainkan Dota 2 sambil melawan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). AI ini dikembangkan oleh organisasi riset, OpenAI.

Dalam kompetisi yang berlangsung di San Fransisco, AS pada April 2019, OG langsung berhadapan dengan lima bot AI yang telah dilatih menggunakan machine learning. Dalam game dengan format best of three, bot AI buatan OpenAI berhasil mengalahkan juara dunia Dota 2.

6. Cetak Rekor di The International 2019

OG kembali mengikuti kompetisi Dota 2 The International 2019 (TI9) dengan susunan pemain Johan 'N0tail' Sundstein, Anathan 'ana' Pham, Topias 'Topson' Taavitsainen, Sébastien 'Ceb' Debs dan Jesse 'JerAx' Vainikka.

Mereka berhasil diundang langsung ke TI9 setelah berhasil menyelesaikan Dota Pro Circuit musim tersebut di peringkat 12 teratas. Mereka berhasil masuk ke babak final dan mengalahkan Liquid dengan skor 3-1.

Kali ini, OG tidak hanya berhasil menjadi juara tapi juga mencatat sejarah baru sebagai tim pertama yang menjadi juara dua kali berturut-turut sepanjang sembilan tahun penyelenggaraan.



(vmp/fyk)