OS baru itu adalah bagian upaya Huawei menciptakan teknologi secara mandiri dari chip sampai software, lantaran tak ingin terus bergantung pada komponen asal Amerika Serikat, negara yang memasukkan mereka dalam daftar blacklist.
Akan tetapi untuk saat ini, Huawei menyebut masih akan tetap menggunakan Android di smartphone. Adapun fokus utama Harmony adalah untuk mendukung gadget semacam jam pintar, speaker dan virtual reality.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Huawei Resmikan Penantang Android |
CEO Huawei, Richard Yu, mengaku sampai sekarang pihaknya belum tahu apakah masih akan dapat menggunakan Android di model smartphone baru. Paling tidak jika terpaksa, ada Harmony OS sebagai alternatif.
Tantangan utama Huawei tentu untuk menarik developer aplikasi agar mau berkarya di Harmony OS. Minimnya aplikasi tenar atau berkualitas menjadi salah satu sebab kegagalan pesaing Android di masa silam seperti Bada atau Windows Phone
Marko Yang, seorang investor developer, meyakini Huawei punya modal untuk memecahkan masalah itu dengan bantuan pasar China yang sangat besar. Huawei mengklaim sudah ada 800 ribu developer di ekosistem produknya.
"Pasar China amat besar, ada banyak user dan mereka punya banyak permintaan. Menyelesaikan permintaan mereka akan menghasilkan banyak aplikasi, produk dan menciptakan ekosistem inti," paparnya.
Yu mengungkap bahwa dalam rangka menarik developer, pihaknya hanya akan menarik fee 10 sampai 15%. Sebagai oerbandinhan, Apple dan Google meminta fee 30% pada developer aplikasi.
Di pihak lain, Zhang Ping'an selaku Presiden Huawei Consumer Cloud Service mengungkap pihaknya bakal berimvestasi USD 1 miliar demi mendukung developer, 80% di antaranya buat mancanegara.
Baca juga: China Peringatkan India Jangan Ganggu Huawei |
Pendek kata, Huawei masih sangat berharap tetap bisa menggunakan Android di produk masa depan. Namun jika skenario ini gagal, mereka telah punya rencana cadangan yang cukup matang dalam wujud Harmony OS.
(rns/rns)