Padahal menurut Shinta Dhanuwardoyo, pendiri PT Bubu Kreasi Perdana, eSport besar potensinya termasuk untuk marketing. "Aku lihat banyak brand nggak ngerti eSport apa, padahal kalau di luar negeri banyak perusahaan bikin tim eSport (adalah) perusahaan besar," ujarnya di markas detiknetwork, beberapa waktu lalu.
"Kita juga lihat ini tren yang disukai anak mudah, which is main game, tapi kamu juga nggak mau ini menjadi useless thing jadi mungkin eSport ini channel baru yang kita bisa angkat, yang disukai milenial tapi juga menghasilkan prestasi," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya lihat nih banyak sekali anak esport, anak-anak yang pintar karena mereka harus fokus dan punya strategi. Kalau kita nggak pinter, pasti kita nggak jago main e-sport. Jadi sisi-sisi seperti itu yang harus diangkat daripada anak-anak ini dia enjoying game tapi tidak menghasilkan apa-apa," tuturnya.
"Di dunia ini telah menjadi tren dan mereka menganggap ini sport, di Indonesia kita lihat kan talenta eSport-nya banyak sekali," imbuh Shinta.
Meski begitu Shinta menyadari bahwa meski di Indonesia eSport sendiri sudah cukup berkembang, akan tetapi belum dilakukan edukasi lebih lanjut untuk mengenalnya lebih dalam.
"Banyak kalau orang bilang aku mau bikin event eSport... tiktok, nggak tahu apa yang namanya eSport. Mereka pun nggak tahu awalnya eSport itu apa, which is undestandable, aku aja nggak ngerti dulu. Makanya kita edukasi aja dulu," ujarnya.
Nah, lewat kepeduliannya pada dunia digital, Shinta dan tim dalam waktu dekat akan menyelenggarakan Bubu eSport Tournament BEST pada 13-14 September di ICE BSD.
"Bedanya turnamen kita dengan turnamen yang sudah dijalankan di Indonesia, kita mengangkat platform buat turnamen cewek. Jadi cewek dan cowok dua-duanya ada. Kalau di turnamen lain cowok misalnya Rp 1 M ceweknya cuma Rp 20 juta, jomplang banget, nah kita samain dan ini sebagai bentuk equality bahwa cewek pun bisa punya karier di eSport," tandasnya.
(ask/fyk)