Sayangnya, target mereka itu sepertinya harus mendapat penyesuaian ulang. Hal tersebut disampaikan oleh Shao Yang, Chief Strategy Officer Huawei Consumer Business Group.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu yang menarik, ia tak membeberkan apa sebab yang mengakibatkan mundurnya tenggat waktu yang dicanangkan vendor asal China itu. Besar kemungkinan, dan sepertinya tidak ada lagi kejadian lain yang bisa menyebabkan hal tersebut, ucapan Yang merujuk pada sanksi perdagangan dari Amerika Serikat.
Untuk saat ini, Yang menjelaskan bahwa pihaknya mampu menjual 500 ribu hingga 600 ribu unit smartphone per hari. Hal tersebut disampaikannya di CES Asia di Shanghai, China.
Ucapan Yang itu menandakan bahwa Huawei sepertinya memang sangat merasakan dampak dari sanksi yang diberlakukan oleh pemerintahan pimpinan Donald Trump. Pasalnya, pada Januari lalu, mereka masih bisa sesumbar untuk jadi nomor satu di dunia ketika Amerika Serikat melarang peredaran produk mereka di Negeri Paman Sam, sebelum Google dkk 'memboikot' mereka.
Huawei sendiri saat ini berada di posisi kedua sebagai vendor ponsel terbesar di dunia. Menurut data dari Counterpoint, per Kuartal I 2019, mereka menguasai pangsa pasar global sebesar 14%, bersanding bersama Apple yang persentase market share-nya persis dengan Huawei. Gartner juga menempatkan mereka di posisi kedua dalam laporan terbarunya.
Sebelumnya, analis dari Fubon Research dan Strategy Analytics telah memprediksi jumlah smartphone yang akan dikapalkan Huawei pada tahun ini bakal turun sekitar 4% hingga 24%. Bahkan, peredarannya pun disebut bisa hilang di sejumlah pasar di luar China.
Jika tahun lalu mereka berhasil mengapalkan 206 juta unit, skenario terburuk dari prediksi ini berarti Huawei tahun ini hanya bisa mengapalkan 157 juta unit smartphone. Padahal, untuk tahun 2019 Huawei berharap bisa mengapalkan 250 juta unit smartphone.
Simak Juga "Huawei yang Masih PD Meski Terancam Dijegal ARM":
(mon/krs)