Angka-angka yang Menunjukkan Bumi di Ambang Bahaya
Hide Ads

Angka-angka yang Menunjukkan Bumi di Ambang Bahaya

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 07 Mei 2019 13:00 WIB
Sampah di sebuah pantai di Yunani. Foto: Getty Images
Jakarta - Laporan Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) yang disusun para pakar untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memang tidak menyenangkan. Ulah manusia ternyata sudah sangat merusak planet Bumi.

Disebutkan bahwa Bumi memang selalu menderita karena aksi manusia sepanjang sejarah. Namun baru dalam 50 tahun terakhir, dampaknya menjadi luar biasa.

Populasi umat manusia naik dua kali lipat sejak 1970, ekonomi global meningkat 4 kali lipat dan perdagangan internasional melonjak 10 kali lipat. Fakta itu membuat Bumi seakan dieksploitasi habis-habisan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk memberi makanan, pakaian, dan energi pada perkembangan populasi itu, hutan-hutan telah ditebang dalam skala besar, terutama di area tropis.




Dikutip detikINET dari BBC, antara 1980 sampai 2000, 100 juta hektar hutan tropis telah hilang, terutama akibat peternakan di Amerika Selatan dan tanaman sawit di Asia Tenggara. Lebih buruk lagi daratan basah, dengan hanya 13% dari kawasan itu masih ada di tahun 2000.

Perkotaan berkembang pesat, di mana area urban naik dua kali lipat sejak 1992. Semua aktivitas manusia tersebut membunuh spesies dalam jumlah lebih besar dari sebelumnya.

Menurut penelitian, sekitar 25% dari seluruh binatang dan tanaman sekarang dalam kondisi terancam. Populasi persis serangga memang tidak diketahui, tapi tercatat ada penurunan tinggi di beberapa lokasi.




Hal-hal tersebut mengindikasikan sekitar sejuta spesies saat ini menghadapi kemungkinan punah dalam satu dekade, 10 kali lipat lebih tinggi dari rata-rata kepunahan dalam 10 juta tahun terakhir.

"Kami telah mendokumentasi penurunan yang sungguh besar di biodiversitas dan alam, sesuatu yang sungguh berbeda dari semua yang sudah kami lihat di sejarah manusia dalam soal laju penurunan dan skala ancaman," kata Dr Kate Brauman dari University of Minnesota yang termasuk penyusun laporan itu.

Dia mengaku terkejut dengan betapa ekstrim kemerosotan jumlah spesies. Disebutkan pula bahwa tanah telah banyak yang rusak sehingga menurunkan produktivitas permukaan Bumi sampai 23%.




Di sisi lain, polusi plastik melonjak 10 kali lipat sejak 1980. Tiap tahun, kita membuang 300 sampai 400 juta ton sampah ke lautan.

Sejak 1980, lebih dari separuh peningkatan tanah olahan untuk pertanian berasal dari pembukaan hutan. Kemudian, hanya 3% dari lautan yang masih bebas dari manusia di 2014.

Ikan-ikan dieksploitasi dalam tingkat mencengangkan, dengan 33% pasokan ikan dituai dalam level yang tidak aman pada 2015. Penyebabnya apalagi kalau bukan permintaan makanan yang makin melaju.

Para periset menyatakan masih ada waktu untuk menjadikan Bumi kembali bersahabat. Pemegang kebijakan diharapkan melakukan tindakan segera untuk mengamankan planet Bumi sebelum terlambat dan anak cucu menerima dampaknya.


(fyk/krs)