Menurut laporan perusahaan yang dikutip dari GSMArena, Jumat (29/3/2019), sebagian besar dari kerugian perusahaan ini adalah untuk membayar denda yang dijatuhkan oleh Departemen Perdagangan AS.
Baca juga: AS Resmi Cabut Sanksi ZTE |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari semua kendala tersebut, pada periode kuartal terakhir 2018 ZTE mampu mencatatkan laba sebesar USD 41 juta atau setara Rp 583,8 miliar.
Sebagai salah satu pemain global dalam menyediakan alat telekomunikasi, ZTE berharap untuk melanjutkan pengembangan 5G dan cybersecurity, sehingga berharap dapat mencapai target laba bersih hingga USD 179 juta atau Rp Rp 2,5 triliun sepanjang tahun ini.
Seperti diketahui, 2019 menjadi awal berkembangnya jaringan 5G dengan ditandai mulai diuji cobanya operator seluler, ketersediaan chipset dan smartphone 5G. Tren itu yang menjadi semacam "juru selamat" ZTE untuk bangkit setelah melalui tahun yang berat pada 2018 kemarin.
(agt/krs)