Medsos dan Layanan Internet yang Pensiun di 2018
Hide Ads

Medsos dan Layanan Internet yang Pensiun di 2018

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 19 Des 2018 18:49 WIB
Medsos dan Layanan Internet yang Pensiun di 2018
Foto: GettyImages
Jakarta - Media sosial (medsos) tak sekadar layanan internet. Masing-masing pengguna punya kenangan tersendiri selama menggunakannya.

Sebagian pengguna ada yang tumbuh bersama medsos atau layanan tersebut. Tak heran, ketika medsos atau layanan itu dipensiunkan, akan ada rasa kehilangan.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini adalah sejumlah medsos dan layanan internet yang pensiun, dan diumumkan segera pensiun, pada tahun 2018. Adakah di antaranya yang merupakan kesayangan kalian?


Geocities

Foto: Istimewa
Di eranya, Geocities yang diakuisisi Yahoo pada 1999 menjadi layanan hosting yang sangat populer. Seiring berjalannya waktu, kejayaan Geocities tersisa hanya di Jepang, sementara negara lain sudah mematikannya sejak 2009.

Setidaknya, di Jepang, Geocities punya tambahan 'nyawa' untuk bertahan selama 10 tahun. Namun pada akhirnya, di Jepang pun Geocities harus menyerah tergerus zaman.

Jika dicek di halaman terakhirnya, tertera tulisan 'Expiration date: March 2019' yang merupakan tanggal terakhir eksistensi website ini.

Geocities adalah layanan host website secara gratis, dan pada masanya mendulang trafik besar. Pada tahun 1999, Geocities adalah website nomor tiga yang paling banyak dikunjungi.

Path

Foto: Istimewa
Path akhirnya mengkonfirmasi soal kabar tutupnya layanan mereka pada 17 September 2018. Kabar ini disebar Path pada situs resmi dan akun Twitter mereka.

Pada akun @path di Twitter, mereka menyebut sangat menyesali kalau layanan Path akan segera dihentikan. Dan untuk informasi lebih lanjut, mereka mengarahkan pengguna ke sebuah laman di situs resminya.

"Dengan menyesal kami umumkan bahwa layanan Path akan dihentikan. Ini adalah sebuah perjalanan panjang dan kami berterima kasih untuk semua dukungan dan cinta pada Path," tulis Path.

Dalam laman tersebut, Path juga menjelaskan proses bagaimana penyetopan layanan mereka dan cara mem-backup data.

Google+

Foto: istimewa
Sempat digadang-gadang bakal bersaing dengan Facebook, jejaring sosial Google+ dalam perjalanannya malah dianggap sebagai produk gagal.

Alphabet, selaku induk Google, memastikan akan mematikan layanan tersebut. Pengumuman ini disampaikan Alphabet pada 9 Oktober 2018.

Selain sepinya pengguna, faktor utama ditutupnya Google+ adalah karena sedikitnya data profil dari 500 ribu penggunanya kemungkinan telah bocor pada ratusan developer eksternal.

Google+ diluncurkan Google pada 2011 untuk menghadapi Facebook, yang kala itu sudah meraksasa. Di sana, pengguna antara lain bisa memajang status, melihat news feed dan mengorganisir teman dalam grup bernama Circle.

Sayangnya Google+ tidak pernah menuai minat besar dari pengguna internet. Kegagalannya antara lain disebabkan fitur yang cukup rumit dan Facebook terlanjur besar.

Yahoo Messenger

Foto: Istimewa
Oath, induk perusahaan Yahoo secara resmi menutup pionir pesan instan yang ikonik ini pada 17 Juli 2018.

Dengan ditutupnya Yahoo Messenger per tanggal tersebut, para pengguna layanan chat legendaris itu tak bisa lagi mengaksesnya. Selanjutnya, para pengguna Yahoo Messenger diarahkan ke layanan Squirrel.

Saat ini layanan Squirrel masih mencari pengguna melalui undangan untuk menggunakannya. Orang yang sudah punya akses ke aplikasi tersebut bisa mengundang orang lain.

Yahoo sendiri sudah memulai tahap beta testing Squirrel sejak Mei. Jadi boleh dibilang, Squirrel sudah dipersiapkan untuk menggantikan Yahoo Messenger saat dimatikan.

Oath tidak membeberkan alasan spesifik mengapa pihaknya menutup Yahoo Messenger. Meski begitu, dominasi dari nama-nama seperti WhatsApp, Facebook Messenger, Snapchat, dan WeChat tampaknya bisa menjadi salah satu alasan paling kuat dihentikannya operasional layanan chat yang sudah berusia 20 tahun ini.

Google Allo

Foto: Internet
Pada Desember 2018, Google mengumumkan salah satu layanan chat-nya, Allo, segera pensiun dini. Disebut pensiun dini, karena umurnya terbilang pendek.

"Allo masih bekerja hingga Maret 2019 dan setelah itu, Anda bisa mengekspor semua history percakapan di dalam aplikasi tersebut," demikian pernyataan Google.

"Kami telah belajar banyak dari Allo, khususnya mengenai apa yang mungkin diterapkan ketika mengintegrasikan fitur machine learning seperti Google Assistant ke dalam messaging," sambungnya.

Untuk diketahui, Allo diumumkan Google pada ajang developer conference Mei 2016. Lambatnya jumlah adopsi pengguna, membuat Google memutuskan untuk menghentikan sementara investasinya pada aplikasi ini.

Halaman 2 dari 6
(rns/krs)