Perusahaan asal Taiwan tersebut melaporkan bahwa pihaknya memiliki net loss sebesar NT$ 2,6 miliar, atau lebih dari Rp 1,2 triliun, sepanjang Kuartal III 2018 (Juli-September). Besarnya selisih antara pemasukan dengan pengeluaran tersebut disebabkan investasi besar-besaran yang dilakukannya untuk perangkat virtual reality dan ponsel blockchain.
Untuk pendapatannya sendiri, HTC mengatakan pihaknya meraup lebih dari NT$ 4 miliar pada periode yang sama. Sekadar informasi, NT$ mewakili New Taiwan Dollar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengeluaran yang melebihi pemasukan juga tampak pada kuartal sebelumnya. Pada Kuartal II 2018, net loss mereka menyentuh angka NT$ 2 miliar, atau hampir Rp 1 triliun.
Seakan mempertegas kondisinya saat ini, Neil Mawston dari Strategy Analytics mengatakan market share HTC masih tidak menjauh dari angka 0% di seluruh dunia. Padahal, tidak sampai sewindu lalu, pangsa pasarnya menyentuh angka 10,7% secara global.
Menurut Mawston, HTC tidak memberikan pendekatan yang cukup kepada konsumennya. Hal tersebut membuat mereka tak kunjung bisa mengembalikan kejayaan mereka seperti sedia kala.
Di samping itu, sudah banyak karyawannya yang dirumahkan. Mereka telah melakukan PHK terhadap 20% dari seluruh pegawainya sepanjang tahun ini. Selain itu, HTC juga melego 2.000 karyawannya ke Google, sebagaimana detikINET kutip dari Forbes, Selasa (20/11/2018).
Dengan kondisi keuangan seperti dijelaskan di atas, besar kemungkinan mereka akan terus mempertahankan tren negatif mereka dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2017 lalu, net loss mereka mencapai NT$ 16,9 miliar, sekaligus menjadi tahun ketiga secara beruntun gagal mencatatkan keuntungan.
Baca juga: HTC Tak Sanggup Lagi Bikin Ponsel Flagship |