Ide ini disebut merujuk pada seniman Prancis yang membayangkan sebuah kalung terbuat dari cermin dan berada di atas Bumi. Kalung tersebut bisa memantulkan cahaya Matahari dan mampu menyinari langit malam di Paris sepanjang tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mundur ke era 1990an, tim yang beranggotakan para ahli astronomi asal Rusia menggagas eksperimen Znamya untuk menguji kelayakan titik-titik penerangan di Bumi. Hal tersebut dilakukan dengan meluncurkan satelit yang bisa memantulkan cahaya ke Matahari ke Planet Biru ini.
Ada tiga satelit yang mereka canangkan untuk diluncurkan, yaitu Znamya 2, Znamya 2.5, dan Znamya 3. Znamya 2 berhasil diluncurkan dan mampu menyinari sebagian kecil langit malam Bumi dengan radius 5 kilometer, sebagaimana detikINET kutip dari The Guardian, Kamis (18/10/2018).
Sayang, kisah sukses tak berlanjut di Znamya 2.5 mengalami masalah teknis ketika berada di orbit Bumi. Nasibnya pun berakhir kala terbakar habis di atmosfer ketika hendak kembali lagi ke Bumi.
Kegagalan pada Znamya 2.5 membuat proyek Znamya 3 dihentikan. Keputusan tersebut diambil oleh badan antariksa Rusia. Selain itu, orang-orang di balik proyek tersebut juga tak mampu melakukan penggalangan dana untuk kebutuhan operasional.
Baca juga: Bulan Jadi Tempat Tinggal Alien? |
Memasuki era 2010-an, ada Norwegia yang punya kisahnya sendiri. Walau begitu, mungkin proyek ini lebih mengarah ke menghadirkan Matahari tiruan dibanding Bulan tiruan.
Pada 2013, tiga cermin besar bertenaga sel sulya yang dapat dikendalikan oleh komputer, sukses menyinari kota bernama Rjukan dengan pantulan sinar Matahari. Ditempatkan setinggi 450 meter di atas kawasan tersebut, ia sukses memberi terang ke kawasan yang dihalangi oleh gunung tersebut sehingga cahaya Matahari sulit menjangkaunya.
Tonton juga 'Miliarder Jepang Yusaku Maezawa Akan Ajak Seniman Wisata ke Bulan':
(mon/krs)