Krisis Kepemimpinan Bayang-bayangi JD.com
Hide Ads

Krisis Kepemimpinan Bayang-bayangi JD.com

Virgina Maulita Putri - detikInet
Jumat, 07 Sep 2018 19:41 WIB
Richard Liu. Foto: REUTERS/Bobby Yip/File Photo
Jakarta - Ditahannya CEO dan pendiri JD.com Richard Liu di Minnesota, Amerika Serikat pada minggu lalu, menjadikan perusahaannya terancam krisis kepemimpinan.

Tidak hanya karena JD.com tidak memiliki eksekutif lain yang bisa mengambil tempatnya, tapi juga karena kekuasaan dan kontrol berlebih yang dipegang Liu di perusahaannya.

Walaupun pemimpin dan pendiri perusahaan teknologi cenderung memiliki kontrol berlebih terhadap bisnisnya, pemimpin teknologi di China justru memiliki kontrol berlebih yang dapat memperburuk kepemimpinan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada lebih banyak hierarki dan kurangnya kemauan untuk menantang bos dan kurangnya kepemimpinan berkelompok di sekitar pemimpin China yang ikonik," kata Managing Director APCO Worldwide, James Robinson, seperti dikutip detikINET dari Reuters, Jumat (7/9/2018).



Robinson menambahkan bahwa hal ini memperparah krisis dan kebingungan ketika berita pertama kali diketahui publik. "Jika orang teratasmu berada di penjara di Minnesota, maka itu bisa menjadi pertanyaan tentang kurangnya otoritas pembuat kebijakan," jelas Robinson.

Kontrol yang dimiliki oleh Liu memang terlihat sangat berlebihan. Ia memiliki 16% saham JD.com, namun kekuasannya terlihat dari hak suara yang memberikannya 80% dari total hak suara perusahaan.

Selain itu, ada juga ketentuan yang melarang dewan direksi untuk membuat kebijakan yang mengikat kecuali Liu hadir, baik secara langsung atau lewat teleconference, selama dia masih seorang direktur.

Jika Liu tidak hadir, dewan direksi dapat membuat kebijakan hanya jika mereka mendapatkan izin dari Liu atau jika ia sakit. Bahkan ia terindikasi memiliki kontrol walau berada di penjara.



"Kami tidak bisa memikirkan perusahaan lain yang memiliki artikel seperti itu," kata General Secretary Asian Corporate Governance Association, Jamie Allen.

"Saya merasa ini membingungkan. Liu sudah memiliki hak suara yang berbobot, jadi ia bisa mengontrol perusahaan, ia adalah pendirinya. Saya pikir tidak ada anggota direksi yang berani membuat keputusan tanpanya, jadi mengapa ia perlu melakukan hal ini?" ujar Allen. (fyk/fyk)