Dengan celah ini, peretas dapat mengubah pesan balasan seseorang dalam obrolan grup atau secara pribadi di WhatsApp dan juga menggunakan fitur 'kutipan' untuk mengubah identitas pengirim dalam percakapan.
Artinya, yang menerima pesan tersebut tidak tahu jika sebenarnya balasan tersebut sudah diubah oleh seorang hacker dengan informasi yang salah. Hal ini pun bisa memicu penyebaran berita hoax secara masif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir detikINET dari The Time, Jumat (10/8/2018), WhatsApp mengatakan bahwa celah tersebut berfungsi untuk menghapus orang-orang yang menggunakan versi hacked dari layanannya.
Merespons laporan ini, WhatsApp meyakinkan pengguna bahwa kerahasiaan mereka tetap terjaga. WhatsApp memastikan hanya pengirim dan penerima pesan yang bisa membacanya, bahkan peretas pun tidak bisa masuk.
"Laporan ini tidak ada hubungannya dengan keamanan enkripsi end-to-end, dan kami memastikan hanya pengirim dan penerima saja dapat membaca pesan yang dikirim di WhatsApp," kata seorang juru bicara.
"Kami melarang akun yang berupaya memodifikasi WhatsApp untuk hal-hal spam dan kami bekerja sama dengan warga sipil di beberapa negara untuk mengedukasi orang tentang berita palsu," tambahnya.
Baca juga: Fitur Batasan Pesan Terusan WhatsApp Dirilis |
Seperti diberitakan sebelumnya, WhatsApp menjadi pemicu untuk kerusuhan di India hingga menyebabkan puluhan orang tewas. Pemerintahan India tak segan untuk memblokir layanan pesan milik Facebook tersebut jika WhatsApp tidak dapat membendung penyebaran berita hoax.
India adalah pasar terbesar WhatApp yang memiliki ebih dari 200 juta orang menggunakan layanan ini. Dalam upaya mengantisipasi isu ini, WhatsApp belum lama ini merilis fitur untuk membatasi pengguna mengirimkan pesan terusan ke lebih dari lima kontak. (jsn/rou)