Pada Rabu (1/8), sejumlah pengguna Twitter melihat banyak balasan kepada cuitan Trump yang datang dari akun milik pemain rugby Inggris bernama Joe Joyce (@JoyJoyce2).
Penipu telah mengganti foto dan nama akun tersebut menjadi mirip dengan milik Trump, sehingga pengguna yang tidak teliti akan melihat bahwa Trump sendiri yang membalas cuitannya tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akun tersebut membalas cuitan Trump dengan tautan yang menawarkan mata uang kripto 500 Bitcoin dan 5.000 Ether gratis. Tautan ini tentu saja palsu dan merupakan cara penipu untuk mencuri data milik pengguna Twitter.
Selain akun milik Joe Joyce, ditemukan beberapa akun terverifikasi yang membalas cuitan Trump, seperti band Bad Religion (@BadReligion), penyanyi Cupid (@NEWCUPID), bahkan akun resmi turnamen tenis Fed Cup (@FedCup).
Pelaku kejahatan sebelumnya juga menargetkan akun milik bos teknologi seperti CEO Apple Tim Cook dan CEO SpaceX Elon Musk. Selain itu, mereka juga menargetkan entrepreneur cryptocurrency seperti pendiri Ethereum Vitalik Buterin dan jurnalis yang sering meliput soal mata uang kripto.
![]() |
Pada Maret 2018, dosen dari Cornell Univeristy Emin Gun Sirer melalui akun Twitternya mengatakan, penipuan seperti ini sudah melewati batas.
CEO Twitter Jack Dorsey kemudian membalasnya. "Kami sedang mengerjakan solusinya," ujarnya.
Juru bicara Twitter mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka mengetahui bentuk penipuan seperti ini dan menerapkan beberapa langkah untuk mencegah akun seperti ini berinteraksi dengan pengguna lain.
"Kami mengetahui bentuk manipulasi seperti ini dan secara proaktif menerapkan sejumlah sinyal untuk mencegah tipe akun seperti ini untuk berinteraksi dengan akun lainnya dengan cara yang menipu," kata juru bicara Twitter dalam pernyataannya, seperti dikutip detikINET dari Yahoo Finance, Jumat (3/8/2018).
"Sebagai bagian dari upaya berlanjut kami untuk memerangi spam dan aktivitas jahat di layanan kami, kami menguji coba langkah baru untuk menantang akun yang menggunakan istilah yang biasa terkait dengan kampanye spam," tutupnya. (rns/rou)