Melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) sebagai bagian Kementerian Komunikasi dan Informatika, memiliki peran dalam membangun prasarana telekomunikasi di area terdepan, terluar dan tertinggal (3T).
Baca juga: iPhone Terancam Tidak Bisa Dipakai di India |
Direktur Utama BAKTI Anang Latif, mengungkapkan pihaknya telah membangun membangun 855 base transceiver station (BTS) di daerah pelosok selama dua tahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyediaan BTS itu berasal dari dana universal service obligation (USO). Sebagai informasi, dana USO bersumber itu dari pungutan 1,25% dari pendapatan operator telekomunikasi yang kemudian dikelola oleh BAKTI.
![]() |
Anang menyebutkan 5.000 BTS USO itu nantinya akan dibagi kepada para operator seluler. Agar adil, kata Anang, pembagian BTS tersebut akan dibagi sesuai dengan kontribusi operator yang bersangkutan terhadap dana USO.
"Prinsipnya karena BAKTI bukan operator, pembagiannya akan berdasarkan presentase dari kontribusi operator. Katakanlah, dari Rp 10 Telkomsel menyumbang Rp 5 nantinya dia mendapatkan 50% kuota. Indosat Ooredoo Rp 3 dari Rp 10 mendapatkan jatah 30%," tuturnya.
Baca juga: Ada 5 Sektor yang Disasar 5G di Indonesia |
Dengan demikian, apabila BTS tersebut sudah terpasang, BAKTI optimis bahwa seluruh masyarakat Indonesia yang ada di area 3T dapat menikmati sinyal telekomunikasi seperti yang sudah dirasakan oleh daerah lainnya.
"Semua desa sudah menerima sinyal," kata Anang dengan optimis.
Tonton juga video: 'Mahal Atau Murah Internet Seluler di Indonesia ?'
(rns/rns)