Sulitnya Daratkan Manusia ke Bulan Lagi
Hide Ads

Sulitnya Daratkan Manusia ke Bulan Lagi

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Minggu, 22 Jul 2018 13:42 WIB
Foto: NASA
Jakarta - Dengan berbagai misi ke Bulan yang sudah mendaratkan belasan orang di sana, mengapa kesuksesan tersebut belum bisa diulang lagi sampai saat ini?

Sudah hampir 50 tahun berlalu sejak terakhir kali manusia berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Peristiwa tersebut tepatnya terjadi 46 tahun lalu, yaitu pada 11 Desember 1972 kala NASA menjalankan misi Apollo 17 ke permukaan satelit alam Bumi.

Lantas, mengapai sampai saat ini belum ada lagi seorang pun yang berangkat ke Bulan? Padahal, banyak alasan yang terbilang cukup kuat untuk menjadi dasar dijalankannya misi ke satelit alam Bumi tersebut. Salah satunya adalah pembuatan basis di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sudah banyak para peneliti dan penggiat dunia antariksa seperti Elon Musk yang berpikir jika basis di Bulan dapat mengembangkan penjelajahan ke luar angkasa lebih luas lagi. Salah satunya adalah menjangkau Mars sebagai tujuan kolonisasi manusia.

"Stasiun penelitian yang permanen di Bulan merupakan langkah logis berikutnya (di dunia antariksa)," ujar mantan astronot Chris Hadfield, sebagaimana detikINET kutip dari Business Insider, Minggu (21/7/2018).

Meski begitu, banyak kendala yang menghalangi diwujudkannya pendaratan manusia lagi di Bulan. Salah satunya adalah masalah dana. NASA, badan antariksa Amerika Serikat pengirim 14 orang ke Bulan, menjadi salah satu yang merasakan masalah tersebut.

Pada 2005, organisasi tersebut melaporkan bahwa menjalankan misi ke Bulan dapat menelan biaya sekitar USD 104 miliar pada saat itu, atau setara dengan USD 113 miliar sekarang setelah inflasi. Padahal, pemerintah AS lewat presiden Donald Trump hanya memberikan 'uang saku' tahunan kepada NASA sebesar USD 19,5 miliar dan dapat bertambah menjadi USD 19,9 miliar pada 2019.

"Eksplorasi luar angkasa yang melibatkan awak kapal merupakan misi yang paling banyak memakan biaya," ujar mantan astronot NASA, Walter Cunningham.

Padahal, menurut survei dari Pew Research Center Poll, 55% warga AS merasa NASA perlu menjadikan misi ke Bulan sebagai prioritas. Lebih jauh lagi, 25% di antaranya merasa hal tersebut harus menjadi prioritas utama.

Walau begitu, bukan berarti kemungkinan untuk kembali ke satelit alam Bumi musnah begitu saja. Kemunculan orang-orang seperti Elon Musk dan Jeff Bezos yang memiliki perusahaan di bidang antariksa menjadi secercah harapan.

"Banyak miliarder yang sangat menggilai luar angkasa, dan hal itu bagus. Inovasi yang mereka lakukan dalam 10 tahun terakhir bahkan tidak terjadi pada NASA, Boeing, maupun Lockheed," kata mantan astronot Jeffrey Hoffman.

Elon lewat SpaceX kepunyaannya sempat mengatakan bahwa pihaknya tengah membangun pesawat luar angkasa untuk menuju Mars, atau planet lain. Mereka memperkirakan bisa menggunakannya untuk perjalanan singkat dengan penerbangannya dilakukan pada Semester I tahun depan.

Sedangkan Blue Origin besutan Bezos menargetkan pada akhir 2018 roketnya sudah mampu menjalankan tur ke luar angkasa bagi wisatawan. Salah satu karyawannya pun menyebut bahwa perusahaan tersebut akan menjual tiket dengan kisaran harga USD 200.000 (Rp 2,8 miliar) hingga USD 300.000 (Rp 4,3 miliar).


Tonton juga video: 'Upacara Penyerahan Komando Stasiun Ruang Angkasa'

[Gambas:Video 20detik]

(asj/asj)