Mengintip VIVATech 2018, Pesta Startup Terbesar di Eropa
Hide Ads

Laporan dari Paris

Mengintip VIVATech 2018, Pesta Startup Terbesar di Eropa

Achmad Rouzni Noor II - detikInet
Rabu, 06 Jun 2018 02:40 WIB
Foto: Dok. Kibar
Paris - Dalam acara yang tengah memasuki tahun ketiga, VIVA Technology (VIVATech) mengadakan sebuah konferensi yang mempertemukan para petinggi dunia startup dan inovator teknologi. Acara ini diadakan di Paris selama tiga hari dan didaulat sebagi pesta teknologi terbesar di Eropa.

Terdapat wajah-wajah pembicara yang sudah tidak asing lagi dalam dunia startup dan teknologi, seperti Satya Nadella CEO dari Microsoft, Dara Khosrowshahi CEO dari Uber, dan juga Mark Zuckerberg CEO Dari Facebook. Selain dari seminar dan workshop, diadakan pula kompetisi dan hackathon seperti Startup Battlefield Europe yang diusung oleh TechCrunch.

Dalam kompetisi tersebut, VIVA Tech mengundang 1.000 hacker yang akan berkumpul dan melakukan Corporate Hackathon selama 24 jam yang didukung oleh 6 perusahaan korporat dan partner teknologi mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Untuk dua hari pertama event ini dibuat tertutup untuk partner. Di hari terakhir, VivaTech baru dibuka untuk umum. Tim dari KIBAR yang hadir di hari terakhir, melaporkan bahwa acara ini memiliki keunikan dari acara konferensi teknologi pada umumnya.

Keunikan pertama terletak pada banyaknya peta yang terdapat pada lokasi-lokasi strategis. Selain bertujuan sebagai penunjuk arah, peta ini juga menunjukkan ruang-ruang kegiatan utamanya.

Dikarenakan acara ini diadakan pada lahan luas yang terbuka, acara-acara utama diadakan secara bersamaan dan hanya dibedakan dengan area yang sudah dibatasi dan ditandai dengan warna tertentu.

Dengan demikian, pengunjung dapat menemukan area yang sedang diisi seminar, workshop, sharing session, pitching startup, dan juga pameran.

Mengintip Keunikan VIVA Technology 2018, Pesta Startup Teknologi Terbesar di EropaFoto: Dok. Kibar



Keunikan selanjutnya berasal dari startup yang mengisi stan VIVATech 2018. Stan-stan tersebut didominasi oleh perangkat keras yang dikombinasikan dengan perangkat lunak yang menggunakan program AI (Artifical Intelligence), Virtual Reality, Augmented Reality, dan machine learning.

Dilansir dari situs resmi VIVATech, beberapa startup yang mengisi stand tersebut adalah 20Tree.ai, 2B Power, Acapella Group, Fairwind, FalconViz, Archeon, dan masih banyak lagi. Dapat dilihat bahwa startup yang mengusung teknologi masa depan ini menjadi trend utama dari startup pengisi VIVATech tahun ini.

Selain itu, terlihat juga kematangan dari beberapa perusahaan perusahaan asal Prancis yang juga merepresentasikan perusahaannya dan ikut serta di acara tersebut.


Sebut saja perusahaan seperti Orange, yang merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi besar di Eropa asal Prancis; BNP Paribas, salah satu bank asli Prancis yang terkemuka; LVMH yang merupakan bagian dari Louis Vuitton, Prancis; La Poste, perusahaan pos dan telekomunikasi milik Prancis; serta banyak lagi, seperti Total, TFI, SAP dan juga RATP, yang merupakan perusahaan transportasi kendaraan umum yang ada di Prancis.

Mereka saling menunjukkan teknologi yang mereka gunakan untuk keberlangsungan bisnis mereka, dengan berkolaborasi dengan beberapa penyedia teknologi seperti startup, maupun dengan perusahaan teknologi besar lainnya.

Selain itu, tingkat keberagaman yang tinggi juga menjadi keunikan tersendiri dari acara ini. Terdapat beberapa negara asing yang turut berpartisipasi dalam menunjukan perkembangan startup dan teknologi dari negara mereka. Ada pavilun dari negara Korea, Jepang, Israel, Rusia, Italia, Swiss, London, sampai Afrika.

Keberagaman tersebut juga bisa ditemukan dari sisi pengunjung yang datang, mulai dari penggemar berat teknologi, pendiri startup, perusahaan korporat besar, perwakilan pemerintah, hingga orang awam yang datang bersama orang-tua maupun anak-anaknya.

Ditambah lagi, acara ini juga mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Prancis sendiri. Hal ini dapat dibuktikan melalui pemindahan ruang kerja Mounir Mahjoubi, Sekretaris Negara untuk Urusan Digital yang bertugas selama tiga hari di acara tersebut.

(jsn/rou)