Hakim Vince Chhabria juga menjatuhkan denda pada Baratov senilai USD 250 ribu atau sekitar Rp 3,4 miliar. Baratov sendiri sebenarnya sudah mengaku bersalah pada November lalu untuk sembilan pelanggaran terkait peretasan, demikian dikutip detikINET dari Cbc, Senin (4/6/2018).
Jaksa penuntut menuduh Baratov dipekerjakan oleh badan intelijen Rusia untuk mencuri informasi dari orang-orang tertentu melalui akun email Yahoo-nya. Namun tuduhan ini ditepis oleh pengacara Baratov, yang menyebut pria 23 tahun itu tak mengetahui kalau ia bekerja untuk badan intelijen Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia tak punya niat untuk merusak. Dia dengan tulus menyesali perbuatannya itu. Ini adalah pelajaran berat yang harus diambil oleh seorang anak muda..namun ini adalah pelajaran yang harus ia terima," tulis pengacara Baratov dalam pembelaannya.
Baratov, 23 tahun, adalah satu-satunya hacker yang ditangkap dalam kasus Yahoo, karena tiga orang tersangka lain dalam kasus tersebut tinggal di Rusia, dan ketiganya tak bisa diekstradisi ke Amerika Serikat.
Dua dari tiga pelaku peretasan itu adalah anggota dari FSB, badan intelijen Rusia, sementara yang satu adalah seorang hacker Rusia bernama Alexsey Belan. Jaksa penuntut mempercayai kalau Dmitry Dokuchaev dan Igor Sushchin -- anggota FSB -- adalah dua orang yang memerintahkan peretasan tersebut, dan juga mengontrak Baratov.
Selain meretas, Baratov juga memberikan password akun-akun tersebut ke Dokuchaev dengan bayaran sejumlah uang. Dokuchaev juga diduga menggunakan jasa Baratov saat mereka membutuhkan akses ke akun Google dan Yandex milik orang tertentu. (asj/fyk)