Bahkan salah satu sumber dikutip dari Business Insider, Senin (12/3/2018) menyebutkan Grab sedang dalam tahap proses negoisasi lanjutan untuk membeli Uber di kawasan ASEAN.
Kesepakatan Grab mencaplok Uber ini serupa dengan apa yang terjadi beberapa waktu lalu, di mana Uber dibeli oleh kompetitornya di China, yakni Didi Chuxing pada 2016 lalu. Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Uber akan mendapat saham di Grab. Mengenai rinciannya, sumber yang dimaksud menolak untuk membeberkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Grab sendiri di kawasan dengan sekitar 640 juta jiwa ini punya posisi cukup dominan. Sedangkan, Uber pada Desember lalu baru melakukan kemitraan dengan operator taksi terkemuka asal Singapura, ComforDelgro.
"Grab jauh lebih besar di Asia Tenggara dan mereka mengerti pasar lokal dengan jauh lebih baik," ujar Xiaofeng Wang, analisi di konsultan Forrester.
Uber baru saja disokong dana dari Softbank Group, yang tak lain adalah investor yang sama dengan Grab. Kesamaan dari segi sumber pendanaan ini membuka kemungkinan konsolidasi antara Grab dan Uber.
"Uber harus lebih fokus pada pasar di mana kinerjanya cukup baik dan memiliki lebih banyak keuntungan seperti Eropa dan Amerika Serikat," sebut Wang.
Karena rumor ini kembali muncul ke permukaan, Business Insider telah mengontak Grab dan Uber, tetapi keduanya belum mau berkomentar. (agt/fyk)