Samsung Gear VR: Tenggelam ke Dunia Virtual
Hide Ads

Review Produk

Samsung Gear VR: Tenggelam ke Dunia Virtual

Muhammad Alif Goenawan - detikInet
Rabu, 10 Feb 2016 09:39 WIB
Foto: yud/detikINET
Jakarta - Teknologi virtual reality yang sedang happening sejatinya bukan hal baru. Teknologi visual ini bahkan sudah diakui keberadaannya sejak tahun 90-an. Kala itu perusahaan game raksasa asal Jepang, Nintendo, pernah menciptakan perangkat virtual reality yang dinamakan Virtual Boy di tahun 1995 silam.

Meski memiliki ukuran yang tak jauh berbeda dengan perangkat headset virtual reality di masa sekarang, Virtual Boy menyajikan konten yang jauh tertinggal. Virtual Boy menyajikan game 3D eka warna dengan efek parallax.

Bisa dibayangkan betapa pusingnya teknologi virtual reality kala itu. Sayang, perangkat tersebut nyatanya tidak cukup futuristik untuk beredar di pasaran dan akhirnya dihentikan peredarannya 6 bulan setelah diluncurkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, setelah hampir 20 tahun berselang, teknologi VR muncul kembali dengan bentuk dan konten lebih modern. Sejumlah perusahaan teknologi berlomba-lomba untuk menciptakan perangkat serupa, salah satunya adalah Samsung.

Vendor asal Korea Selatan ini tampaknya tak mau ketinggalan momen. Karenanya, Samsung kemudian menggandeng pakar virtual reality β€” Oculus -- untuk menggarap headset virtual reality bernama Gear VR. Selama bertahun-tahun melewati masa pengembangan, akhirnya perangkat ini menyambangi pasar Indonesia.

Dibanderol Rp 1,5 juta, Gear VR direncanakan untuk disebar ke seluruh pasar Indonesia pada akhir bulan Februari 2016. Beruntung, detikINET berkesempatan untuk menjajal terlebih dahulu Gear VR. Seperti apa rasanya? Simak impresi kami berikut ini.

Desain Bongsor nan Modern

Berbicara mengenai desain, harus diakui bahwa desain yang diusung oleh Gear VR memang bongsor dengan sentuhan gaya modern. Bila dibandingkan dengan Oculus Rift, Gear VR memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda. Ya, ini karena baik Rift maupun Gear VR dikembangkan oleh perusahaan yang sama.

Yang membedakan di sini adalah mesin yang mengolah gambar virtual reality. Gear VR memiliki prinsip yang serupa dengan Cardboard, yakni menggunakan smartphone sebagai penampil virtual reality. Dengan kata lain, Gear VR diposisikan sebagai medium yang menopang smartphone untuk memproyeksikan konten virtual reality lewat aplikasi yang hadir di smartphone.
Sayangnya, bila Cardboard bisa dipakai di hampir semua smartphone (asal terdapat sensor Gyro), maka Gear VR hanya terbatas pada smartphone keluaran Samsung. Itu pun tidak semua seri Samsung bisa dipakai, hanya sebatas Galaxy Note 5, Galaxy S6, S6 Edge, dan S6 Edge+. Lalu bagaimana dengan smartphone lain? Nanti akan kami bahas di sesi berikutnya.

Tidak banyak perintilan yang hadir, hanya ada dua buah strap (tali) pengikat dan buku petunjuk beserta kartu garansi. Penggunaan strap hampir sama dengan Rift, yakni silang dari depan ke belakang dipadu dengan strap di samping kiri dan kanan. Karena terbuat dari bahan karet, strap Gear VR bisa menyesuaikan dan disesuaikan dengan ukuran kepala.

Bicara warna, Gear VR memang hanya hadir dengan cipratan warna kombinasi putih dan hitam. Dengan finishing semi dop, penggunaan yang tidak hati-hati bisa membuat warna putih tadi menjadi kusam. Samsung meletakkan hampir semua tombol navigasi di sisi kanan, sementara di sisi samping kiri terdapat tulisan Gear VR powered by Oculus.

Kontrol Gear VR bisa dilakukan dengan menggerakan kepala dan/atau menggunakan touch pad dan tombol back. Dari pengalaman detikINET, penggunaan touch pad sangat sensitif, malah terkadang terlewat sensitif. Seperti contoh, ketika akan menggeser-geser deretan konten yang tersedia konten kerap tidak sengaja terpencet.

Seperti yang dikatakan di awal, Gear VR bekerja dengan cara menyambungkannya dengan smartphone. Cara menyambungkannya terbilang mudah, cukup buka cover bagian depan dan colokan gadget dengan mikro USB yang tersedia di dalamnya. Sensor yang berada di bagian depan secara otomatis akan mendeteksi dan memulai konten apabila Anda mengenakan headset.

Masih Bikin Pusing?

Ketika berbicara virtual reality, tentu hal yang paling utama adalah soal konten. Dan hingga kini, rasanya sudah banyak developer-developer yang mengembangkan konten 360 derajat yang bisa kita jumpai di toko aplikasi digital. Khusus untuk Gear VR, Samsung menyediakan konten lewat Oculus Store.

Pihak Samsung Indonesia mengklaim bahwa saat ini sudah ada sekitar 150 konten yang sudah bisa dinikmati oleh pengguna Gear VR. Memang ketika membuka Oculus Store kami menemukan banyak sekali konten, mulai dari foto, video 360 derajat, hingga game. Meski demikian, sayangnya game atau aplikasi yang terlihat menarik tidak tersedia dengan cuma-cuma. Anda harus merogoh kocek minimal USD 5.

Konten virtual reality hingga kini identik dengan timbulnya rasa mual atau dikenal dengan istilah motion sickness. Meski Samsung mengklaim telah mengurangi rasa motion sickness tadi, faktanya masih ada pengguna yang merasakan hal seperti itu.

Dari pengalaman detikINET, beberapa pengguna kerap mengalami motion sickness dalam pemakaian beberapa menit. Namun, ada pula yang tahan lebih lama. Selain kebiasaan pengguna, rasa mual bisa jadi timbul akibat konten yang dilihat. Virtual reality akan terasa mual apabila konten tersebut bergerak sangat cepat. Seperti misalnya, game Temple Run VR atau menonton Roller Coaster.

Pun begitu, banyak pulan konten yang menyenangkan dan tidak membuat mual. Seperti menonton video bukan yang 360 derajat atau konten tersebut tidak membutuhkan respons gerakan cepat. Cukup diakui konten yang tersedia rata-rata sangat menghibur. Selain YouTube, Twitch, dan Vimeo, Anda juga bisa menyaksikan tayangan Netflix melalui Gear VR.

Memang tayangan seperti Netflix tidak hadir dengan format 360 derajat, tapi Anda akan merasakan sensasi menonton tayangan Netflix seperti sedang berada di dalam studio, lengkap dengan sofa dan kopi. Tak hanya sebatas konten yang ada di dalam Oculus Store, Anda juga bisa menyaksikan konten virtual reality lainnya yang tersedia di Google PlayStore selama smartphone tersebut tidak berada dalam kondisi menyolok USB.

Nah, seperti janji kami sebelumnya, bagaimana jika ingin memasangkan Gear VR dengan smartphone non Samsung? Jawabannya, bisa saja! Asalkan smartphone itu memiliki bentang layar antara 5-5,5 inch dan tidak dicolokkan dengan USB headset. Tapi itu juga tidak semua smartphone pas dengan slot headset. Terkadang, seperti Nexus 5 bisa terlepas dari cengkraman headset.

Opini detikINET

Terlepas dari semua fitur dan konten yang ditawarkan oleh Gear VR, sangat disayangkan bahwa ini menjadi headset virtual reality yang sangat segemented (kalangan tertentu). Fungsi Gear VR bisa berjalan maksimal apabila dipasangkan dengan smartphone yang disebutkan di atas β€” Galaxy Note 5, Galaxy S6, S6 Edge, dan S6 Edge+.

Bila dibandingkan dengan Cardboard atau headset virtual reality merek lainnya yang dijual di situs online secara head to head, Gear VR bisa jadi bakal kesulitan. Namun kalau dilihat dari segi konten, Gear VR adalah jawaranya.

Pasalnya, Cardboard dan sejenisnya hanya menyediakan konten virtual reality pasif. Sementara Gear VR menyediakan konten yang interaktif. Bermain game bisa dilakukan dengan menggunakan touch pad yang berada di samping atau menggunakan gamepad.

Sayang, review detikINET kali ini tidak disertai dengan gamepad, jadi belum tahu bagaimana rasanya bermain game virtual reality menggunakan perangkat tersebut. Namun sepertinya juga bakal menarik.

(mag/ash)