'Jika Facebook Chevrolet, Path Itu BMW'
Hide Ads

'Jika Facebook Chevrolet, Path Itu BMW'

- detikInet
Kamis, 24 Apr 2014 15:32 WIB
Dave Morin (gettyimages)
Jakarta -

"Karena kami fokus pada kualitas, kami tidak terlalu khawatir tentang harus mencapai pertumbuhan miliaran dan lebih fokus pada pertumbuhan yang lambat. Jika Facebook adalah Chevrolet, kami mencoba menjadi seperti BMW," kata CEO Path, Dave Morin mengenai perbandingan antara layanannya dengan Facebook.

Path, jejaring sosial yang tengah menuai popularitas di Indonesia, didirikan oleh Dave Morin bersama dua rekannya, Shawn Fanning dan Dustin Mierau. Layanan ini dirilis pertama kali pada bulan November 2010 dan Morin menjadi CEO.

Morin sendiri lahir dan tumbuh besar di daerah Helena, Montana, Amerika Serikat. Ia kuliah di University of Colorado Boulder dan meraih gelar Bachelor of Arts (BA) bidang ekonomi di tahun 2003.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesudah menyelesaikan kuliahnya, Morin langsung diterima menjadi pegawai marketing di Apple. Bertahan selama 3 tahun, Morin kemudian pindah ke Facebook pada tahun 2006 dan menduduki jabatan Senior Platform Manager. Tahun 2010, ia keluar dan merintis Path.

Mendirikan Path, Jejaring Sosial Kebalikan Facebook

Dalam wawancara eksklusif dengan detikINET, Morin menceritakan ide pembuatan Path. Pria berkacamata ini berkisah ia tumbuh besar di sebuah kota kecil, kemudian tinggal berjauhan dengan keluarganya. Nah, saat itulah, dia memikirkan bagaimana teknologi bisa membantunya agar bisa tetap dekat dengan keluarga.

"Ide Path datang dari aku dan pendiri Path yang lain. Kami ingin bisa tetap terkoneksi dengan keluarga meski jarak kami berjauhan," Morin mengisahkan. Ia menyatakan Path sejak awal ditujukan sebagai jejaring sosial yang fokus untuk menghubungkan keluarga dan orang dekat saja.

"Jejaring sosial ini fokus utamanya adalah pada keluarga. Tidak ada jejaring sosial lain yang prioritas utamanya adalah keluarga. Fokusnya adalah terhubung pada orang yang dekat dengan Anda, di manapun mereka berada," tambah Morin.

Dalam beberapa hal, Path adalah kebalikan dari Facebook. Jika Facebook jumlah pertemanan bisa mencapai ribuan, Path membatasinya hanya 150. Malah pada awal kemunculannya, jumlah teman yang diperbolehkan hanya 50 saja.

Kemudian, Path dirancang bebas dari iklan ataupun spam. Kebalikannya, Facebook boleh dibilang pendapatan terbesarnya dari iklan. Masih ada lagi. Jika Facebook tampilannya semakin ramai, Path mendesain tampilan situsnya cukup rapi dan bersih.

Ada beberapa cara yang dilakukan Morin agar Path mendulang keuntungan tanpa harus memasukkan iklan. Yakni dengan menawarkan berbagai macam sticker yang bisa dibeli user untuk memperkaya pengalaman pemakaian Path.

Kemudian ada juga layanan premium di mana dengan membayar sejumlah uang, pengguna dapat menikmati seluruh layanan Path tanpa keterbatasan, termasuk dalam pemakaian sticker.

Path Diibaratkan Seperti Rumah

"Analogi yang senang kugunakan adalah kami menilai Path sebagai jejaring sosial yang lebih personal. Jika Twitter membangun jaringan berita dan Facebook membangun kota, Path mencoba membangun rumah. Ketika Anda memikirkan rumah, ini adalah tempat yang terpercaya," terang Morin dalam wawancaranya dengan Xconomy.

"Pembicaraan yang Anda lakukan kala makan malam dengan keluarga berbeda dengan di publik atau tempat kerja. Jadi, kami sungguh mencoba fokus menciptakan sesuatu yang sangat personal, lingkungan sangat intim di mana orang bisa meyakini informasi yang mereka bagikan hanya akan dilihat oleh orang yang mereka percayai," tambah Morin.

Itu sebabnya dilakukan pembatasan jumlah teman Path. Namun memang pembatasan ini tidak terlalu konsisten. Dahulu terbatas 50 teman, sekarang 150 dan ada gosip yang menyebutkan jumlahnya akan mencapai 500 di masa depan.

Pada detikINET, Morin menyatakan memang ada penyesuaian jumlah teman untuk menentukan seberapa besar sebenarnya pembatasan yang ideal. Ia pun tidak menampik jika nantinya, ada kemungkinan jumlah friend limit akan diperbesar.

Indonesia Negara Kunci

Sejak peluncurannya, pertumbuhan user Path cukup pesat. Namun demikian ternyata bukan di negerinya Path meraih banyak user melainkan di Indonesia. Dari 20 juta total pengguna Path di seluruh dunia, seperlima atau 4 juta di antaranya berasal dari Indonesia. Jadi persentasenya di kisaran 20%.

Pengembangan bisnis Path pun mulai fokus ke Indonesia seiring bertambahnya jumlah user. Malah, mereka juga menjalin kemitraan dengan investor lokal, Bakrie Grup.

Februari lalu, Bakrie Grup melalui Bakrie Global Ventura telah menginvestasikan dananya di Path senilai US$ 25 juta atau sekitar Rp 304 miliar. Perseroan mengaku menggunakan dana internal untuk investasinya ini.

"Kami bermitra dengan beberapa pihak di Indonesia, seperti para perusahaan telekomunikasi. Sedangkan investasi dari Bakrie untuk Path itu minoritas," kata Morin yang mengklaim jumlah investasi dari Bakrie di Path tidak terlampau signifikan.

Di sisi lain, user Indonesia menurut Morin suka memposting konten music & place dibanding pengguna dari negara lain. Meskipun konten terbanyak nomor satu dan dua tetap berupa foto dan tulisan.

Layanan Path saat ini tersedia untuk platform Android dan iOS. Kemudian belakangan menyapa Windows Phone. Bagaimana dengan BlackBerry?

"Kami fokus pada plaform Android kemudian iOS dan Windows Phone. Belakangan ini Windows Phone semakin menarik bagi beberapa orang di Asia Tenggara," kata Morin pada detikINET. Ia tidak mau menyinggung secara detail soal apakah Path akan menyambangi BlackBerry.

Namun ia menyatakan tetap tidak akan menutup pintu jika di masa depan, ada platform lain yang potensial disambangi Path. Jadi selalu ada kemungkinan BlackBerry akan mendapatkan versi penuh Path.

Seperti apa kehidupan Morin?

Morin mengaku sangat senang melakukan kegiatan yang berbau petualangan. Dari main ski, traveling dan kegiatan semacam itu dilakoninya. Dia saat ini menjadi direksi di United States Ski and Snowboard Association.

Β "Tentu saja aku juga senang menggunakan Path di waktu senggangku. Kadang aku juga main Twitter," kata dia.

Morin menikah dengan wanita cantik bernama Brittany Morin. Istrinya itu juga punya perusahaan sendiri, yaitu layanan e commerce bernama Brit + Co. Mereka saat ini tinggal di San Francisco bersama seekor anjing bernama Pixel.

Dalam wawancara dengan VaniyFair, dia mengaku menggunakan laptop MacBook Pro dan iPhone 5. "Aku punya dua iPhone, satu untuk siang satu untuk malam. Jika siangnya baterai sudah habis, ponsel yang satunya kugunakan," kata dia.

"Hariku dimulai dan berakhir dengan terkoneksi pada teman dan keluarga melalui Path. Kebanyakan hariku dihabiskan di kantor untuk bekerja dengan tim atau produk selanjutnya yang sedang kami garap," kata Morin yang mengaku bekerja selama 80 jam per minggu.

(fyk/ash)