Komdigi Ungkap Nasib Kelanjutan Proyek Satria-2
Hide Ads

Komdigi Ungkap Nasib Kelanjutan Proyek Satria-2

Agus Tri Haryanto - detikInet
Jumat, 19 Sep 2025 17:31 WIB
Peluncuran perdana Satelit Indonesia SATRIA-1
Peluncuran satelit Satria-1. Foto: SpaceX
Jakarta -

Satelit Republik Indonesia generasi kedua atau Satria-2 digadang-gadang akan membantu ketersediaan konektivitas di Tanah Air. Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda kelanjutan dari proyek pemerintah tersebut.

Sebagai informasi, sebelumnya Satria-1 telah diluncurkan pada 2023. Keberadaan infrastruktur telekomunikasi berbasis satelit itu untuk membantu penyebaran akses internet, khususnya di wilayah pelosok yang sulit dijangkau oleh infrastruktur daratan.

Namun mengingat kapasitas transmisinya 150 Gbps, itu dinilai mencukupi menghadirkan koneksi mumpuni karena tiap lokasinya hanya sekitar 3-4 Mbps. Persoalan itu kemudian coba diatasi dengan Satria-2 yang punya kapasitas besar mencapai 300 Gbps.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekretaris Jenderal Kementerian Komdigi, Ismail, mengatakan perkembangan terakhir proyek Satria-2 saat ini.

ADVERTISEMENT

"Satria-2 ini masih (berlanjut). Nggak bisa dibilang jawab sekarang nggak jadi, karena semua masih dibahas dengan Bu Menteri dan Bappenas. Jadi, masih dalam proses pembahasan," ujar Ismail di acara Ngopi Komdigi, Jakarta, Jumat (19/9/2025).

Untuk diketahui, sebelumnya Satria-2 akan didesain sebagai twin satellite atau satelit kembar, yakni Satria-2A dan Satria-2B. Berbeda dengan satelit pendahulunya, Satria-2 mempunyai kapasitas lebih besar mencapai 300 Gbps yang akan membantu penyediaan konektivitas, khususnya di daerah terpencil yang masih belum tersedia akses sinyal internet.

Adapun, nilai investasi pembangunan untuk Satria-2 diperkirakan akan memakan biaya sekitar USD 860 juta dolar.

Dalam pernyataan terakhir pada Juni 2025 silam, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengatakan proyek Satria-2 masih dalam kajian pemerintah.

"Kalau untuk Satria-2 itu sedang dalam kajian ya, karena sebelumnya itu kita mengandalkan Satria-1 saja itu satu pilihan. Kalau sekarang kan ada ada pilihan lain itu low earth orbit, seperti Starlink dan lain-lain, yang memang lebih bagus. Tapi, sekarang kita punya Satria-1, tapi kita mitigasi keperluan ke depan," ujar Rabu (5/6).

"Ada kemungkinan kita kombinasi antara Satria-1 dan Satria-2, kemudian di daerah mananya itu pakai LEO dan sebagainya," jelasnya.




(agt/fay)
Berita Terkait