Ancaman Hoax Deepfake AI Nan Canggih, Jokowi Pun Jadi Korbannya
Hide Ads

Ancaman Hoax Deepfake AI Nan Canggih, Jokowi Pun Jadi Korbannya

Agus Tri Haryanto - detikInet
Jumat, 27 Okt 2023 11:21 WIB
Businessman using smartphone for digital chatbot, A.I., robot application, conversation assistant, AI Artificial Intelligence concept, digital chatbot on virtual screen.
Foto: iStock
Jakarta -

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengimbau masyarakat untuk berhati-hati terkait informasi yang beredar. Sebab, hoax yang menyebar saat ini canggih, yakni menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk bikin video deepfake.

Adapun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi korban terbaru hoax deepfake AI. Kominfo telah menurunkan video tersebut di media sosial dan melabelinya sebagai disinformasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita ingin mengingatkan sudah digunakannya AI dalam menciptakan hoax. Kemarin teman-teman sudah melihat bahwa video presiden tahun 2015 dilakukan editing menggunakan AI dan seolah-olah presiden mengucapkannya dengan Bahasa Mandarin," ujar Dirjen Aptika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan di Jakarta, Jumat (27/10/2023).

ADVERTISEMENT

"Harapan kita, masyarakat mulai hati-hati karena penggunaan AI ini sedah makin canggih dan sudah mulai digunakan editing," ungkap dia.

Terkait hoax deepfake AI ini, Kominfo meminta masyarakat untuk mencari sumber-sumber informasi terpercaya, seperti pemberitaan di media massa yang kredibel.

"(Video deepfake AI) kalau lihat sepintas itu seperti aslinya. Dengan kemajuan teknologi, para pemain-pemain sudah menggunakan teknologi ini," kata Semuel.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Kominfo mengungkapkan penyebaran hoax terkait Pemilu 2024 di internet semakin meningkat.

Berdasarkan temuan Kominfo, hoax yang menyangkut pemilu sepanjang tahun 2022 hanya terdapat 10 isu saja. Tetapi, jelang memasuki tahun politik atau pada 2023 meningkat drastis.

"Kominfo mencatat sepanjang tahun 2022 hanya terdapat 10 hoax pemilu. Namun, sepanjang Januari 2023 hingga 26 Oktober 2023 terdapat 98 isu hoax pemilu. Berarti terjadi peningkatan hampir 10 kali lipat isu hoax dibanding tahun lalu," tutur Menkominfo Budi.

Lebih lanjut, kata Budi, secara khusus terjadi fluktuatif penyebaran hoax pemilu itu berlangsung dari bulan Juni, menurun di September, tetapi meningkat lagi pada Oktober 2023.

Budi menambahkan penyebaran hoax dan disinformasi ditemukan di internet platform hingga media sosial. Khusus untuk media sosial, Facebook, jadi sarang hoax pemilu.




(agt/fay)