Belum juga diluncurkan, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memutuskan untuk menghentikan proyek satelit Hot Backup Satellite (HBS).
Mulanya, satelit HBS ini untuk mengantisipasi bila terjadi anomali pada satelit Satria-1. Sementara itu, Satelit Satria-1 sudah berhasil diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, pada pertengahan 18 Juni 2023 dan akan beroperasi pada awal 2024.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan penghentian proyek satelit HBS ini berdasarkan rekomendasi dari Satgas Bakti Kominfo.
"Tim Satgas menilai ini perlu dihentikan. Kalau teknis-teknis gitu tanya ke satgas saja. (Terkait slot orbit HBS) itu kan komersial, biarkanlah, itu sudah diputuskan Satgas Bakti Kominfo yang mutusin," ujar Budi di Kantor Kominfo, Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Apa Itu Proyek HBS?
Kominfo melakukan pengadaan proyek satelit HBS sejak 2022. Pengerjaannya terbilang cukup cepat, yaitu dilakukan dalam setahun sampai peluncuran.
Pengadaan satelit HBS dikerjakan melalui Badan Layanan Umum (BLU) Bakti dengan menggunakan dana universal service obligation (USO). Sebagai informasi, USO ini merupakan dana yang dipungut dari pendapatan kotor para penyelenggara telekomunikasi sebesar 1,25%.
Berbeda dengan Satelit Satria-1 yang skema pembiayaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Satelit HBS langsung didanai oleh Bakti Kominfo.
Bakti Kominfo telah melakukan penandatangan kontrak proyek satelit HBS dan jasa pengoperasian yang tendernya dimenangkan oleh Kemitraan Nusantara Jaya yang terdiri dari PT Satelit Nusantara Lima, PT DSST Mas Gemilang, PT Pasifik Satelit Nusantara, dan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera.
Pengadaan infrastruktur (capital expenditure/capex) penyediaan satelit HBS ini membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 5.208.984.690.000, termasuk PPN.
Sedangkan, biaya jasa pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur HBS senilai Rp 475.204.320.000, termasuk PPN per tahun selama masa operasi 15 tahun.
Proyek satelit HBS ini akan dirakit oleh Boeing dan diluncurkan menggunakan roket kepunyaan SpaceX, perusahaan yang dinakhodai oleh Elon Musk. Ditargetkan satelit HBS tersebut dapat diluncurkan pada Maret 2022.
Meski berperan sebagai satelit cadangan Satria-1, ketika itu Kominfo menyebutkan satelit HBS ini untuk membantu kekurangan kebutuhan kapasitas satelit Indonesia.
Simak Video "Video: ASSI Minta Pemerintah Perketat Regulasi Operator Satelit Asing di Indonesia"
(agt/fay)