Menkominfo Tak Masalah Satria-1 Disalip Starlink di Indonesia Timur
Hide Ads

Menkominfo Tak Masalah Satria-1 Disalip Starlink di Indonesia Timur

Agus Tri Haryanto - detikInet
Selasa, 12 Sep 2023 17:31 WIB
Satelit Satria-1
Menkominfo Tak Masalah Satria-1 'Disalip' Starlink Layani Indonesia Timur. Foto: Dok. PSN
Jakarta -

Selangkah lagi satelit internet Starlink akan beroperasi melayani wilayah Indonesia timur mendahului Satelit Republik Indonesia atau Satria-1.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengungkapkan tidak masalah Satria-1 disalip Starlink.

Pemerintah Indonesia baru saja meluncurkan Satelit Republik Indonesia atau Satria-1 pada pertengahan Juni kemarin di Cape Canaveral, Amerika Serikat. Satelit itu saat ini sedang menuju slot orbit 146 derajat Bujut Timur dan ditargetkan beroperasi awal 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

"Satria-1 tetap untuk (memenuhi) kebutuhan. Dalam kalkulasi kita, kita sedang kaji itu masih kekurangan (transponder satelit)," ujar Budi ditemui di Jakarta, Selasa (12/9/2023).

Budi kemudian memaparkan bahwa kecepatan internet Indonesia terbilang lemot dibandingkan negara di dunia dan kawasan Asia Tenggara.

"Kita itu nomor di 98, kecepatan kita rata-rata 27,1 Mbps. Kita bahkan di ASEAN itu di nomor sembilan dari 10 negara, kita cuma di atas Myanmar," ungkapnya.

Hal itu yang membuat Menkominfo Budi tidak mempermasalahkan kehadiran Starlink untuk membantu penyediaan akses internet di Indonesia.

Desas-desus satelit Starlink Elon Musk masuk wilayah ke Indonesia ini dihembuskan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang telah melakukan pertemuan dengan Bos SpaceX itu di Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

Dalam pertemuan itu, Luhut menyebutkan bahwa Starlink berpotensi untuk masuk wilayah Indonesia guna membantu ketersediaan akses internet di wilayah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur telekomunikasi di daratan.

"Kami juga berdiskusi terkait ketertarikan Elon untuk bekerjasama membangun jaringan internet murah di timur Indonesia lewat satelit Starlink-nya yang populer itu," ujar Luhut dalam postingan akun Instagram miliknya belum lama ini.

Meski sama-sama satelit, Starlink merupakan satelit Low Earth Orbit (LEO) yang memiliki keunggulan dari latensi dibandingkan satelit Satria-1 sebagai satelit Geostationary Earth Orbit (GEO). Satria-1 diharapkan jadi solusi pemerintah dalam menyediakan akses internet bagi fasilitas layanan publik di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Pemerintah pada awalnya mengeluarkan investasi sebesar USD 450 juta untuk menggarap proyek satelit Satria-1. Namun dampak perang Rusia dan Ukraina bikin satelit pemerintah itu membengkak menjadi USD 540 juta atau setara Rp 1,3 triliun.




(agt/fay)