Satelit Cadangan Satria-1 Diluncurkan Roket SpaceX Elon Musk di Q1 2023
Hide Ads

Satelit Cadangan Satria-1 Diluncurkan Roket SpaceX Elon Musk di Q1 2023

Agus Tri Haryanto - detikInet
Jumat, 11 Mar 2022 18:14 WIB
Direktur Utama Bakti Kominfo Anang Latif
Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto
Jakarta -

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengumumkan Kemitraan Nusantara Jaya sebagai pemenang tender Hot Backup Satellite (HBS) untuk mitigasi risiko peluncuran dan pengoperasian satelit Satria-1.

Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Kominfo, Anang Latif menjelaskan Satria-1 yang merupakan satelit High Throughput Satellite (HTS) dinilai baru, rumit, dan kompleks.

Sehingga, diperlukan langkah mitigasi apabila terjadi sesuatu dengan satelit Satria-1. Sementara di sisi lain, Kominfo masih punya pekerjaan rumah memperkuat dan memperluas akses internet di tanah air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Anang memaparkan tender proyek penyediaan HBS ini dilakukan sejak 19 Oktober 2021 dan berakhir pada 24 Februari 2022.

"Pada sore ini, tim Pokja pemilihan telah mengumumkan pemenang tender, yaitu Kemitraan Nusantara Jaya," ujar Anang di Jakarta, Jumat (11/3/2022).

Kemitraan Nusantara Jaya ini terdiri dari PT Satelit Nusantara Lima, PT DSST Mas Gemilang, PT Pasifik Satelit Nusantara, dan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera.

Dalam pelaksanaannya, Boeing ditunjuk sebagai perusahaan manufaktur untuk proyek HBS. Roket peluncurnya menggunakan Falcon 9 milik SpaceX, perusahaan Elon Musk. Sedangkan, untuk slot orbit menggunakan administrator Indonesia pada slot 113 derajat Bujur Timur.

Anang mengungkapkan konstruksi proyek satelit cadangan satelit Satria-1 ini direncanakan mulai dilakukan pada kuartal pertama tahun 2022 dan akan diluncurkan kuartal pertama tahun 2023.

"Sehingga kuartal keempat tahun 2023 diharapkan sudah dapat beroperasi dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," ucapnya.

Pengadaan Infrastrutkur (Capital Expenditure/capex) penyediaan HBS membutuhkan biaya investasi sebesar Rp5.208.984.690.000, termasuk PPN.

"Sedangkan biaya jasa pengoperasian dan pemeliharaan Infrastruktur HBS senilai Rp475.204.320.000, termasuk PPN pertahun selama masa operasi 15 tahun," ungkap Anang.

Adapun pelaksanaan pengadaan proyek penyediaan HBS mengacu pada Peraturan Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Nomor 4 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Penyediaan Hot Backup Satellite.

"Penyediaan HBS ini, juga sejalan dengan Peta Jalan Indonesia Digital yang pertama yaitu percepatan infrastruktur untuk memperluas akses masyarakat terhadap internet dalam rangka akselerasi transformasi digital," pungkasnya.




(agt/fay)